“Kamu menunggu teman-temanmu keluar semua ya, Man? Ada perlu sama bapak?” tanya Ustadz Subhan begitu melihat Roman masih duduk di bangku kelas. Roman tersenyum, mengangguk dengan agak ragu-ragu.
Ustadz Subhan selain menjadi pengajar juga sebagai pimpinan pengasuh yang tinggal di lingkungan pondok. Dia dibantu oleh beberapa ustads yang lebih muda, mengurus dan bertanggung jawab penuh pada operasional sehari-hari di lingkungan pondok. Kesabaran Ustadz Subhan membuat dia sangat disegani oleh para santri.
Ustadz Subhan bangkit dari kursi guru lalu mendekat ke bangku Roman. Ustadz mengambil duduk di kursi depan Roman.
“Ada apa? Ada yang mengganggu pikiranmu? Habis ini salat ya,” saran Ustadz Subhan.
Roman terdiam, ragu-ragu untuk membuka omongan. Remaja itu resah, seperti enggan untuk menyampaikan apa yang ada di benaknya.
“Kamu ingin pindah kamar?”
Roman terdongak kaget, “Kok … Ustadz tahu?”
Ustadz Subhan tersenyum, “Kan kemarin kamu sudah mengeluhkan soal kamar Taubah itu. Jadi sepertinya kamu memang pengen pindah, kamar.”
“Apakah dalam agama hantu itu ada, Tadz?”
Ustadz Subhan tersenyum, lalu membetulkan posisi duduknya supaya lebih enak ngobrol dengan santrinya itu.
“Roman, dalam Islam belum pernah kutemukan ada dalil atau kisah yang termaktub dalam kitab-kita hadits tentang adanya hantu. Tetapi dalam Alquran dan hadits disebutkan tentang adanya jin. Alquran dan hadits menggolongkan jin ke dalam al-ghaibiyyat atau hal-hal gaib, yaitu hal-hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata kepala. Ingat ya, tidak terlihat,” papar Ustadz Subhan.
Roman mangut-mangut. Tetapi sepertinya belum menemukan jawab atas apa yang mengganggu pikirannya.
“Dalam Alquran Surat Al-Baqarah ayat tiga disebutkan, orang-orang yang bertakwa itu adalah mereka yang beriman kepada hal-hal yang gaib, yang tidak tampak dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan indra mereka, seperti malaikat, surga, neraka, dan lainnya yang diberitakan oleh Allah dan Rasulnya,” lanjut Ustadz Subhan.
Roman memandang keluar kelas. Terlihat pemuda tanggung itu masih resah dengan pikirannya. Ustadz Subhan berdiri, lalu mengajak Roman keluar. “Yuk, kita salat Zuhur dulu. Aku janji, begitu ada bed kosong di kamar lain, kamu jadi prioritas utama untuk menggunakannya,” ujar Ustadz Subhan seperti mengerti keresahan Roman.
“Tapi itu berarti menunggu kelulusan?” tanya Roman.
“Kadang tidak perlu. Ada saja yang tidak kuat bertahan di sini atau diambil oleh keluarganya hahaha,” cetus Ustadz Subhan.