Kisah Penyap dari Rimbun Bambu di Belakang Taubah

Ariyanto
Chapter #13

Atau Dia Sengaja Mau Bikin Aku Mati?

Roman sudah keluar dari unit kesehatan pesantren dan boleh beristirahat di kamar. Selama kondisinya belum pulih benar maka pengelola dapur akan mengantar makanan dan minuman ke kamar remaja itu. Roman juga mendapatkan kelonggaran untuk tak mengikuti kegiatan belajar di pondok hingga kondisinya pulih.

Pintu diketuk. Roman mempersilakan orang yang di depan masuk. Lalu perlahan pintu terbuka dan tersembul wajah Widodo, dengan agak takut-takut minta izin masuk. Di tangan kanannya memegang segelas teh, sementara tangan kirinya memegang rantang tingkat tiga.

“Malam, Mas … disuruh nganter ini,” ujar Widodo. Matanya tak berani menatap mata Roman. Widodo seperti paham benar bahwa Roman sangat marah kepadanya karena telah memfitnah remaja itu di depan Ustadz Subhan.

“Ngapain liat lantai, Mas? Takut nginjek tai ayam?” tanya Roman ketus. Widodo menggeleng, tapi masih dengan pandangan ke bawah. Pemuda yang secara umur jauh lebih tua dari Roman itu benar-benar tak berkutik di depan Roman.

“Sa … saya … saya disuruh Akmal dan Fikri,” kata Widodo dengan agak terbata-bata.

“Maksudnya nganter makanan ini atas suruhan Akmal dan Fikri? Ntar aku diracun lagi,” ujar Roman.

“Bu … bu … kan, Mas. Maksudnya yang kemarin saya bilang ke Ustadz Subhan soal Mas Roman mengancam saya dan lain-lain, itu fitnah. Saya diminta Akmal dan Fikri menyampaikan itu ke Ustadz Subhan. Kalau nggak, saya akan dihajar mereka,” tutur Widodo.

Roman memandang Widodo dengan gregetan. Antara lemot, lugu, penakut, campur aduk menjadi satu. Tetapi kadang Roman juga merasa kasihan dengan Widodo karena kerap mendapatkan perlakuan buruk dari para santri, khususnya senior seperti Akmal dan Fikri.

“Ya sudah, letakkan saja makanannya di meja. Tapi jangan keluar dulu,” perintah Roman.

“Saya jangan diapa-apain ya, Mas?” Widodo memohon dengan wajah memelas. Roman terlihat sangat gemas dengan sikap Widodo.

“Hiiih … Mas Widodo! Siapa yang mau ngapa-ngapain Mas Widodo? Saya cuma mau minta bantuan Mas Widodo menggeser lemari itu ke timur sedikit. Kalau sendirian saya belum kuat, karena lemari itu berat, sepertinya bahan kayu jati asli,” kata Roman.

“Biar apa?”

“Ya biar geser, Mas Widodo. Namanya juga digeser,” sambar Roman masih gemas.

“Nggak, maksudnya kenapa harus digeser?” tanya Widodo lagi. Roman terdiam. Terkadang dia agak ragu-ragu apakah Widodo ini benar-benar lugu atau dia pura-pura lugu dan bego? Roman merasa harus berhati-hati.

“Kayaknya tadi ada tikus di situ. Saya geli lihat tikus di kamar. Biar nanti sekalian saya bersihkan. Sekarang bantu saya,” pinta Roman.

Keduanya kemudian menggeser lemari pakaian itu sedikit ke arah timur sehingga lantai pojokan kamar itu terlihat. Itu adalah lemari setinggi 1,5 meteran dan lebar sekitar 40 sentimeter. Lumayan berat untuk digeser sendiri, apalagi kondisi Roman belum pulih benar usai dihajar Akmal.

“Sudah, Mas Widodo boleh keluar. Saya mau bersihin kamar,” perintah Roman. Widodo pun mengangguk lalu berbalik menuju ke arah pintu kamar. Belum juga melangkah, Widodo berbalik lagi menghadap ke arah Roman. Lalu membuka mulut.

Lihat selengkapnya