Kisah Pewaris Cinta dan Harta

Dinar sen
Chapter #1

Karena Tiara

Hujan deras membasahi kota, namun tidak mampu menghilangkan kesedihan di hati Satria Wijaya. Ia berjalan kaki, memikirkan Tiara Anandita, wanita yang dicintainya. Senyum Tiara masih terpatri di benaknya, seperti bintang yang bersinar di malam gelap.

Satria baru saja meninggalkan pesta ulang tahun Dani, sahabatnya. Namun, perayaan itu terasa hambar karena Dani kecewa dengan Tiara yang memilihnya. Satria merasa kacau; memilih tetap mempertahankan Tiara' ia putus persahabatan dengan Dani. Namun' tidak mempertahankan Tiara' Satria merasa sakit hati.

Satria berjalan terguyur hujan, tak memperdulikan kebasahan. Tiba-tiba, ia melihat seorang wanita terkapar di jalan, setengah sadar. Satria berlari mendekat.

"Ibu...!" seru Satria, berusaha membangunkannya.

Wanita berlumuran darah itu membuka mata, menatap Satria dengan lemah. "Tania ... maaf ...," katanya, sebelum kehilangan kesadaran.

Satria membawa wanita itu ke rumah sakit terdekat. Setelah memastikan wanita itu dirawat, Satria melanjutkan perjalanan pulang.

Kekurangan energi dan kehujanan sampai rumah membuatnya pingsan di hadapan orang tuanya, Mona dan Rezza.

***

Pagi menyapa kota dengan cahaya emas. Satria Wijaya membuka mata, merasakan sakit kepala yang menghantam. Ia teringat malam sebelumnya: dimana dirinya menolak Tiara demi persahabatan dengan Dani yang ternyata menyukai Tiara.

Satria duduk di tempat tidur, menatap jendela. Tiara Anandita kembali muncul di benaknya. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena menolak Tiara demi menjaga persahabatan dengan Dani. "Mengapa aku harus rela kehilangan dia?" batin Satria.

Sang Bunda, Mona, masuk ke kamar. "Satria, bagaimana keadaanmu? Semalam kamu pingsan begitu saja."

Satria menggelengkan kepala, tidak ingin berbicara. "Aku baik, Bunda. Cuma kecapean saja."

Mona duduk di samping Satria. "Satria, Bunda tahu ada yang kamu pikirkan. Ceritakanlah, mungkin Bunda bisa membantu."

Satria menatap Bunda dengan sedih. "Tidak ada apa-apa, Bunda. Aku hanya ... merasa kehilangan."

Mona mengusap punggung Satria. "Kenapa Satria?"

Satria menghela nafas, "tidak, tidak ada bunda."

"Satria! Punya masalah jangan di pendam, kalau kamu mau cerita, ceritakan saja!" Mona membujuk.

"Iya, bund. Aku enggak punya masalah, bund! Hanya masalah sedikit sama Dani.

Mona menghela nafas, menatap Satria melas. "Karena wanita?" tanyanya.

Satria membuang muka, "entahlah bund."

"Satria ... Kamu masih kuliah. Pikirkan masa depanmu."

Mona menepuk bahu, ia berdiri lantas pergi meninggalkan Satria sendiri di kamarnya, memberi kesempatan untuk menenangkan hati.

Mona keluar' Satria melempar satu bantal ke arah cermin di dinding yang berada di samping jendela kamar.

Prang!!!

Lihat selengkapnya