Berharap Satria cemburu, Tiara justru di buatnya kesal ... Senyum Satria bagi Tiara menjengkelkan dan menambah emosi di hatinya.
Melupakan Satria, Tiara menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya, memejamkan mata melupakan rasa kecewa yang tak berkesudahan.
***
Kembali kuliah, Satria di sambut hangat teman-temannya. Selepas dirinya sakit selama hampir satu Minggu.
Berjalan menuju kelas, seseorang yang tidak asing bagi Satria' menyapanya dengan senyum tipis yang mempesona. "Hai, Satria." Ucapnya.
Satria membalas senyuman, menghentikan langkahnya. "Hai, May."
Maya, gadis berambut panjang lurus, matanya berbinar-binar saat melihat Satria, pria yang selama ini hanya ia pandangi dari kejauhan, memasuki ruang kelas.
Sepekan terakhir, Satria absen karena sakit. Kehadirannya kembali membuat Maya merasa lega. Ia yang biasanya hanya diam dan jarang bicara dengan Satria, kini terlihat berbeda. Rasa senang dan sedikit gugup bercampur aduk dalam dirinya.
“kamu sudah sembuh?” tanya Maya, suaranya sedikit gemetar.
Satria tersenyum tipis. “sudah, May, kamu baru datang?” tanyanya, matanya menyapa Maya dengan hangat.
“Iya, aku baru saja datang,” jawab Maya, pipinya memerah.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Satria, perhatiannya tertuju pada Maya.
“Aku baik, kamu bagaimana?” tanya Maya balik, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
“Aku sudah lebih baik,” jawab Satria.
Keduanya terdiam sejenak, saling memandang. Suasana hening di antara mereka terasa begitu hangat.
“Eh, sudah mau jam kuliah nih. Ayo makan dulu di kantin,” ajak Maya, memecah keheningan.
Satria mengangguk, “oh, oke, ayo.”
Keduanya berjalan beriringan menuju kantin. Sepanjang jalan, mereka saling bertukar cerita, membahas tentang kuliah dan kegiatan sehari-hari. Maya merasa begitu nyaman berada di dekat Satria. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Satria, sesuatu yang membuatnya tertarik.
Di kantin, mereka memilih meja di sudut ruangan. Satria memesan nasi goreng, sedangkan Maya memesan mie ayam.
“Kamu suka makan nasi goreng?” tanya Maya, matanya tak lepas dari Satria.
“Iya, aku suka,” jawab Satria, “Kamu?”
“Aku suka mie ayam,” jawab Maya, “Tapi, aku juga suka nasi goreng.”
Keduanya tertawa bersama. Suasana di antara mereka semakin akrab.
“Kamu tahu, aku sebenarnya ingin sekali mengajak kamu ngobrol lebih lama,” ucap Maya, matanya menatap Satria dengan penuh harap.
“Aku juga,” jawab Satria, “Tapi, nanti saja ya, setelah kuliah.”
Maya mengangguk, “Baiklah.”
Saat mereka asyik berbincang, sebuah bayangan muncul di ujung kantin. Tiara, gadis berambut panjang ikal, menatap mereka dengan tatapan tajam. Rasa kesal, cemburu, dan sakit hati bercampur aduk dalam dirinya.
“Apa yang sedang terjadi?” gumam Tiara, tangannya mengepal erat. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa Satria, pria yang selama ini ia idamkan, kini tengah berbagi tawa dan cerita dengan gadis lain.
Tiara teringat bagaimana Satria dulu selalu mendekatinya, bahkan sempat menyatakan perasaannya. Namun, kini, Satria justru terlihat begitu akrab dengan Maya.