Matahari sore menyapa langit dengan warna jingga lembut, menyapa Satria yang baru saja keluar dari gedung kampus.
Di sampingnya, Maya berdiri dengan senyum tipis, matanya mengamati Satria yang sedang membuka pintu mobil sport berwarna hitam mengkilat.
“Ini mobil baru, Sat?" tanya Maya.
Satria tersenyum,"Hadiah ulang tahun dari Om dan Tante Dani, May. Aku mana mampu beli beginian, aku menyetir juga masih pelan,” jawab Satria merendah.
Maya tersenyum tipis, “wah, keren banget! Om dan Tante Dani baik banget ya? Terus, kamu sudah bisa kan? Bawa mobilnya?” tanya Maya ragu.
“Iya bisa, kebetulan ayahku supir, beliau mengajarkan aku menyetir di saat waktu luangnya. Ya, meski masih pelan, tidak apa kan?dan ya, mereka memang baik."
Maya mengangguk, tersenyum menghela nafas.
Satria lantas segera menyuruh Maya masuk. "Ayok, May."
Maya segera masuk, begitupun Satria.
...
Mobil melaju meninggalkan kampus, menuju taman bunga yang terkenal dengan keindahannya. Sepanjang perjalanan, obrolan mereka mengalir lancar.
Mereka membahas tentang mobil baru Satria, tentang persahabatan dengan Dani yang tidak menyangka akan bubar hanya karena wanita, dan tentang kuliah mereka yang tinggal satu bulan lagi akan selesai.
***
Di tempat lain, suasana berbeda terpancar di rumah Tiara. Tiara dan Dani bertengkar hebat.
“Kamu mencintai Satria, kan? Aku tahu itu!” teriak Dani, wajahnya memerah menahan amarah.
Tiara terdiam, matanya berkaca-kaca. Namun' ia mencoba beranikan diri menjawab ucapan Dani,
“Aku sudah bilang, aku sudah lupakan dia! Aku memilih kamu, Dani.”
“jangan bohong! Aku lihat kamu masih sering menemui dia. Kenapa kamu masih mau dekat-dekat sama dia?” jawabnya memantah, mencengkeram tangan Tiara, suaranya bergetar.
Tiara menatap Dani, “aku memang masih menemui dia, tapi itu hanya sebatas aku masih kesal padanya. Satria sudah menyakitiku, dia berbohong dan membuatku kecewa. Aku tidak pernah mencintainya lagi!” jawab Tiara, suaranya bergetar.
Dani terdiam, matanya menatap Tiara dengan penuh tanya. Dia tidak yakin dengan penjelasan Tiara. Namun, melihat air mata Tiara, hatinya luluh.
“Oke, aku percaya kamu, Tiara. Tapi aku tidak akan pernah bisa memaafkan Satria. Dia telah berbohong padaku, dia telah menyakitimu,” ujar Dani, suaranya terdengar berat.