Sampai di rumah Dani, Satria mendapati Rezza tengah di maki Tommy.
"Tidak tahu di untung kamu! Bertahun-tahun kamu bekerja dengan saya, sekarang anda berbuat kesalahan beraninya tidak bicara dengan saya! Dasar sopir! Ingat! Anda itu cuma sopir! Paham!"
Dengan rasa tak teganya Satria masuk tanpa permisi.
Teriakan Satria terdengar nyaring di ruang tamu, ketika menghentikan makian Tommy pada Rezza. "Pak Tommy! Bapak tidak pantas memaki ayah saya demikian, beliau tidak sengaja ... Anda seorang berpendidikan, tidak seharusnya memaki dengan kata kotor seperti itu!"
Tommy menatap Satria. "Tidak pantas katamu? Apa ada seseorang yang mau barang nya rusak! Apa lagi itu mahal dan ayahmu merusak tanpa bicara dengan saya! Bahkan ayahmu tidak akan mampu membelinya!"
Satria tersentak hatinya."Saya tahu, kami tidak akan mampu membeli mobil mewah seperti milik anda! Tapi tidak seharusnya anda menyombongkan diri pak, ingat semua yang anda punya tidak akan di bawa mati!"
Tommy menatap Satria, Tajam. "Salah, masih bisa ceramah kamu!"
Satria memandang ayahnya, Rezza, yang terlihat cemas dan menggelengkan kepala. Di depan mereka, Pak Tommy berdiri dengan wajah merah padam.
"Pak Tommy, tolong jangan marah," kata Rezza, mencoba menenangkan. "Aku tidak sengaja menabrakan mobil Anda."
"Tidak sengaja?" Pak Tommy mengulangi, suaranya meninggi. "Kau tidak sengaja? Mobilku kamu tabrakan!"
Satria melangkah maju menghela nafas mengatur ketenangan. "Pak Tommy, ayah saya benar-benar tidak bermaksud. Dia hanya ingin menyelamatkan pejalan kaki yang tiba-tiba muncul di jalan."
Pak Tommy menatap Satria dengan mata tajam. "Kau, tidak usah ikut bicara! Kau pikir aku peduli dengan alasanmu? Mobilku hancur!"
Rezza mengambil napas dalam-dalam. "Aku akan mengganti rugi, Pak Tommy. Tolong jangan marah."
Satria melihat ayahnya dengan bangga. Ayahnya selalu berusaha melakukan hal yang benar.
Pak Tommy menghela napas, lalu berbalik dan berjalan menjauhi mereka. "Aku akan meminta ganti rugi! Besok, aku akan menghubungi pengacara!"
Satria dan ayahnya saling menatap, khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Hening!