Kisah Pewaris Cinta dan Harta

Dinar sen
Chapter #16

Ungkapan Cinta Satria pada Maya

Waktu berlalu.

Hujan gerimis membasahi kaca mobil Satria. Jakarta malam itu terasa lebih kelam dari biasanya. Ia menghela napas, kecewa karena tak mendapati Edo di rumah. Tetangga Edo, seorang perempuan tua ramah bernama Ibu Aminah, mendekatinya saat dirinya masih berdiri di teras rumah Edo, niat hati ingin menemui Edo selagi dirinya masih di jakarta, namun' ibu itu mengatakan bahwa Edo berada di Rumah Sakit, sudah lima hari setelah mengalami kecelakaan Motor.

mendengar kabar itu, ia lantas meminta alamat Rumah sakit, ia lalu pamit, segera menuju Rumah sakit yang di tunjukan padanya.

Satria menyalakan mesin mobilnya, pikirannya melayang pada Edo. Jalanan Jakarta yang padat mulai terasa hampa. Di tengah keheningan hanya terdengar mesin mobil, Tiba-tiba, di depan sebuah supermarket besar, ia melihat dua wanita muda, tampak ketakutan, didesak oleh dua preman berbadan tegap.

Salah satu preman terlihat memegang tas salah satu wanita itu dengan kasar.

Tanpa berpikir panjang, Satria menepikan mobilnya. Hujan semakin deras. Ia keluar, tubuhnya menegang. “Hei! Apa yang kalian lakukan?!” teriaknya, suaranya menggema di tengah gerimis.

Kedua preman itu menoleh, wajah mereka terlihat garang. Namun, keberanian Satria tak surut. Ia langsung menerjang, pukulannya tepat mengenai rahang salah satu preman. Perkelahian singkat pun terjadi.

Satria, meski tak terlatih bela diri, memiliki kekuatan dan keberanian yang cukup untuk membuat kedua preman itu kewalahan.

Seketika, beberapa pemuda yang menyaksikan kejadian itu ikut membantu. Preman-preman itu akhirnya lari tunggang langgang. Hujan semakin deras, membasahi tubuh Satria dan para pemuda yang membantunya, Satria berterimakasih pada dua pemuda yang membantunya.

Setelah memastikan kedua wanita itu aman, Satria menghampiri mereka. Salah satu wanita itu, yang tampak lebih tenang, mencoba mengucapkan terima kasih. Saat itulah, Satria tertegun. Mata mereka bertemu. Wajah yang sedikit basah karena hujan itu … Maya. Teman kuliahnya, wanita yang pernah mengisi hari-hari kesendiriannya dengan tawa dan cerita.

“Maya?” gumam Satria, tak percaya.

Maya tampak terkejut, namun kemudian senyum lega terukir di wajahnya. “Satria? Kamu … kamu ada di sini? Kamu yang melawan mereka?” Mata Maya berbinar, menatap tak percaya pada Satria, ia kagum juga salut pada keberanian Satria.

Satria tersenyum tipis,“iya, ini aku May, kenapa bisa kebetulan begini kita bertemu di sini?” jawab Satria, masih tak percaya. “Kamu, baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja, terima kasih,” jawab Maya, masih sedikit gemetar. Wanita yang bersamanya, yang Satria belum mengenal namanya, juga mengucapkan terima kasih.

“Aku antar kalian pulang,” tawar Satria. Teman Maya menolak dengan sopan, mengatakan bahwa ia bisa pulang sendiri. Maya menerima tawaran Satria.

Lihat selengkapnya