Kisah Pewaris Cinta dan Harta

Dinar sen
Chapter #24

Mengingatnya

Di tengah pertemuan yang semakin serius, Tiara berusaha menahan perasaannya yang semakin memburuk. Ketika Satria mulai menjelaskan lebih lanjut mengenai rincian proyek dan target yang perlu dicapai, pikirannya mulai mengembara lagi. Satria, dengan sikap tenangnya, berbicara tanpa menyadari betapa beratnya situasi bagi Tiara.

Tiara berusaha untuk tetap fokus, namun kenangan tentang masa lalu mereka tentang bagaimana hubungan mereka pernah berakhir begitu tragis terus menghantui pikirannya. Satria, yang ia anggap telah mengkhianatinya, sekarang duduk di depannya dengan sikap profesional. Hatinya bergejolak, tapi ia tahu ia harus mengendalikan diri.

Satria menatap Tiara yang tampak sedikit melamun. "Tiara, kamu mendengarkan?" tanya Satria dengan sedikit keraguan di suaranya.

Tiara langsung terkejut, seakan tersadar dari lamunannya. Ia memaksakan senyum dan segera menjawab dengan nada sedikit terburu-buru, "Oh, ya, Pak. Maaf, saya sedang mencatat beberapa poin penting."

Satria mengangkat alis, sepertinya tidak sepenuhnya yakin dengan jawaban Tiara. Tapi ia memilih untuk tidak menanyakannya lebih jauh. "Baik, mari kita lanjutkan," katanya, kembali mengarahkan fokus pada dokumen yang ada di depan mereka. "Ini adalah rencana ekspansi yang akan dimulai bulan depan. Kita perlu memastikan semua tim siap dan target ini tercapai."

Tiara mengangguk, berusaha untuk menenangkan diri. "Tentu, Pak. Saya akan mengatur pertemuan dengan tim untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana," jawabnya dengan profesional.

Satria tersenyum sedikit, tapi ada kekosongan dalam senyumnya sebuah senyum yang terasa seperti sebuah rutinitas. "Bagus, Tiara. Saya percaya kamu bisa mengaturnya dengan baik. Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada hal yang perlu dibicarakan lebih lanjut."

Tiara hanya mengangguk dan berpamitan. "Terima kasih, Pak Satria. Saya akan memastikan semuanya siap."

Saat ia berjalan keluar dari ruang CEO, perasaan yang tadi ia tahan mulai kembali menggelora. Meskipun ia berhasil menutupi emosinya di hadapan Satria, ia merasa seperti ada yang terpendam dalam dirinya sebuah perasaan sakit yang tak bisa ia sembunyikan selamanya.

...

Tiara kembali ke ruang sekretaris dengan langkah yang lebih berat. Ia duduk di mejanya, merasakan dada yang sesak. Semua yang terjadi dalam beberapa jam terakhir terasa seperti sebuah ujian besar. Ia tidak pernah membayangkan akan bekerja di bawah Satria lagi, apalagi dalam posisi seperti ini, sebagai sekretaris yang harus melayani pria yang dulu ia cintai.

Lihat selengkapnya