Kisah Protokol X

Penulis N
Chapter #2

2

Pikiran Naura terus berkecamuk setelah percakapan singkat dengan Elan. Apa maksudnya dengan "terlalu terjebak"? Kayla—teman yang selalu ceria dan penuh semangat—terjerat dalam masalah besar yang bahkan Elan pun tidak mau bicara terang-terangan tentangnya.

Naura memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Jika memang ada yang lebih dari sekadar drama biasa di kampus ini, ia harus tahu. Mencari Kayla, menemui orang-orang yang dekat dengannya, dan mungkin—justru—menyelami lebih dalam kehidupan kampus yang selama ini tampaknya hanya sekadar tempat untuk belajar.

Keesokan harinya, Naura bertemu dengan beberapa teman sekelasnya yang sedikit lebih tahu tentang rumor yang beredar di kalangan mahasiswa senior. Ada cerita yang menarik perhatian Naura. Ternyata, Kayla belakangan ini sering terlihat keluar dengan beberapa senior yang dikenal cukup berpengaruh. Salah satunya adalah Adrian, seorang mahasiswa senior yang terkenal dengan sikap dominannya di kampus. Tak hanya pintar, Adrian juga dikenal memiliki pengaruh besar di berbagai organisasi kampus, dan rumor menyebutkan bahwa dia adalah anggota dari kelompok "The Royals".

"Kayla sering banget nongkrong sama Adrian belakangan ini," ujar Dina, salah satu teman Naura yang juga tahu banyak soal kehidupan sosial di kampus. "Mereka sering ngobrol berdua di kafe kampus atau bahkan di tempat-tempat yang agak jauh dari keramaian."

Naura menatap Dina dengan serius. "Kamu yakin? Kayla nggak pernah cerita soal itu ke aku."

Dina mengangguk. "Iya, pasti. Mereka kayaknya punya hubungan yang lebih dekat dari sekadar teman biasa. Tapi nggak ada yang berani ngusik mereka."

Naura merasa semakin khawatir. Kayla yang dulu terlihat mandiri, kini tampak terhubung dengan orang-orang yang justru menambah lapisan misteri di sekitarnya. Apakah Kayla benar-benar tahu dengan siapa dia bergaul?

Saat istirahat, Naura pergi ke kafe kampus, tempat Kayla dan Adrian sering dikabarkan menghabiskan waktu bersama. Di sana, Naura melihat sesuatu yang mengejutkan. Dari kejauhan, ia melihat Adrian sedang berbicara dengan seseorang—seseorang yang membuat jantung Naura nyaris berhenti berdetak. Kayla. Mereka duduk berdua di sudut kafe, berbisik dengan serius, seperti sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting.

Naura merasa seperti orang luar yang tidak seharusnya mengganggu, tapi hatinya mendorongnya untuk mendekat. Sebelum bisa melangkah lebih jauh, ia merasakan tangan yang menepuk bahunya.

Naura menoleh, dan melihat Zio berdiri di belakangnya, dengan ekspresi yang tidak bisa ia tafsirkan.

"Zio, kenapa di sini?" tanya Naura, sedikit terkejut.

Zio mengangkat alis. "Aku tahu kamu penasaran sama Kayla. Tapi hati-hati. Terkadang, kamu nggak perlu tahu semuanya. Ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tersembunyi."

Naura menatapnya tajam. "Aku nggak bisa cuma diam, Zio. Kayla butuh bantuan, dan aku harus tahu kenapa dia berubah."

Zio menghela napas panjang. "Kadang, orang yang kita pikir kita kenal dengan baik justru punya sisi lain yang nggak kita tahu. Kayla mungkin terjebak dalam dunia yang berbeda, dan kamu nggak akan bisa mudah keluar kalau sudah terjun."

Naura menggigit bibirnya. "Aku nggak peduli. Aku akan bantu Kayla."

Zio menatap Naura dengan pandangan yang dalam. "Kalau kamu nekat, kamu harus siap dengan konsekuensinya. Dunia kampus ini bukan seperti yang kamu kira. Ada banyak hal yang nggak terlihat, dan semakin dalam kamu menggali, semakin sulit keluar."

Naura hanya bisa mengangguk pelan, tetapi dalam hatinya, ia merasa semakin terdesak. Zio mungkin punya alasan kuat untuk memperingatkannya, tapi Naura tahu satu hal: Kayla adalah temannya, dan ia tidak bisa tinggal diam.

Sambil terus memerhatikan Kayla dan Adrian yang semakin terlarut dalam percakapan mereka, Naura merasa perasaan tidak nyaman mulai menguasai dirinya. Ada sesuatu yang jelas sedang terjadi, dan ia semakin yakin bahwa itu bukan sekadar soal pertemanan biasa. Naura merasa seperti ia sedang menyaksikan sebuah drama yang jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan—sebuah drama yang bisa mengguncang kampus ini.

Tiba-tiba, Kayla berdiri, dan Naura terkejut melihat ekspresi wajahnya yang tampak tegang. Adrian pun berdiri, dan mereka berdua berjalan keluar dari kafe bersama, tanpa menyadari kehadiran Naura yang hanya bisa mematung di tempatnya.

Zio menggelengkan kepalanya, seolah mengetahui arah pemikiran Naura. "Jangan terlalu terbawa emosi. Kadang, kamu cuma perlu berhenti sejenak dan merenung."

"Tapi Kayla—" Naura ingin melanjutkan, namun Zio sudah mengangkat tangan, meminta agar Naura tidak melanjutkan kata-katanya.

"Kadang, yang terbaik adalah mundur sejenak," kata Zio pelan. "Kamu tahu, kita nggak selalu punya kendali atas apa yang terjadi."

Naura hanya bisa terdiam. Hatinya gelisah, namun kata-kata Zio kembali menggema di pikirannya. Mundur sejenak? Apakah itu berarti ia harus melepaskan Kayla begitu saja, atau justru semakin mendalami apa yang sedang terjadi di balik layar?

Naura menatap ke arah tempat Kayla dan Adrian pergi, merasa terperangkap antara rasa ingin tahu yang besar dan keraguan yang menggerogoti.

Hari-hari Naura mulai terasa semakin berat. Setiap kali ia bertemu Kayla, ada yang berbeda pada temannya itu. Kayla seperti menyembunyikan sesuatu, dan itu membuat Naura semakin tidak bisa tenang. Elan dan Zio terus mengingatkan agar ia berhati-hati, tapi Naura merasa itu tidak cukup. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus ia ungkap.

Pada suatu pagi yang cerah, Naura sedang duduk di bangku taman kampus, memikirkan langkah selanjutnya. Di hadapannya, sebuah pesan masuk. Kayla mengajak bertemu. Naura merasakan campuran kegembiraan dan kecemasan. Apakah ini kesempatan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?

Di kafe kampus yang biasa mereka kunjungi, Naura tiba lebih dulu. Matanya memindai setiap sudut ruangan, berharap bisa melihat Kayla segera. Tak lama, pintu kafe terbuka, dan Kayla muncul. Wajahnya tampak lelah, namun senyum kecil yang terbit di bibirnya mencoba menyembunyikan segala yang ada di dalam hati.

"Naura, maaf aku telat," ujar Kayla, duduk di hadapan Naura dengan gaya yang terlihat agak canggung.

Naura memandangnya tajam. "Kayla, ada yang ingin aku bicarakan. Kenapa belakangan ini kamu jadi seperti ini? Ada yang nggak beres, kan?"

Lihat selengkapnya