Kisah Protokol X

Penulis N
Chapter #4

4

Naura dan Zio melangkah keluar dari kampus, menelusuri jalan setapak menuju kafe yang Zio sebut sebagai tempat yang lebih aman. Sepanjang perjalanan, Naura tidak bisa menahan pikirannya yang terus berputar. Pesan yang ia terima membuat hatinya semakin gelisah. Siapa yang mengirimnya? Dan kenapa mereka mengancamnya seperti itu?

Zio berjalan di sampingnya, tampak lebih tenang meskipun ia tahu betapa berbahayanya situasi yang mereka hadapi. Seolah merasakan ketegangan Naura, ia menoleh dan membuka percakapan.

"Naura, apa kamu yakin dengan keputusanmu untuk terus menyelidiki ini?" tanya Zio, nada suaranya rendah namun serius.

Naura berhenti sejenak dan menatap Zio. "Aku nggak bisa hanya diam, Zio. Kayla temanku. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan kalau itu artinya aku harus melangkah ke dalam kegelapan."

Zio mengangguk pelan. "Aku paham, tapi ini lebih besar dari yang kita kira. Kamu harus siap dengan semua kemungkinan yang bisa terjadi."

Naura menghela napas panjang. "Aku tahu, Zio. Tapi nggak ada jalan mundur sekarang. Aku harus tahu siapa yang mengancamku, dan kenapa mereka begitu takut aku menemukan kebenaran."

Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya sampai di kafe kecil yang sudah mulai sepi. Zio memimpin Naura ke sudut belakang yang lebih privat, tempat mereka biasa berbicara tanpa gangguan. Begitu duduk, Zio mengeluarkan ponselnya dan memeriksa beberapa kontak.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk bergerak cepat. Kita harus mencari informasi lebih dulu. Aku punya seseorang yang bisa memberi kita sedikit pencerahan," kata Zio sambil menatap layar ponselnya.

Naura memandang Zio, berharap orang itu bisa membantu mereka. "Siapa dia?"

"Seorang teman lama. Dia tahu banyak tentang kelompok yang terlibat dengan Kayla," jawab Zio. "Tapi aku peringatkan, dia nggak mudah percaya sama orang. Kita harus hati-hati."

Naura mengangguk. "Aku siap. Apapun yang kita butuhkan, aku akan bantu."

Zio kemudian mengirim pesan kepada temannya dan menunggu beberapa saat hingga akhirnya mendapatkan balasan. Ia menatap Naura, lalu berkata, "Dia ada di luar kota sekarang. Kita harus menemuinya di tempat yang aman."

Naura merasakan ketegangan di dadanya semakin berat. "Luar kota? Maksudnya kita harus pergi ke luar kota untuk ini?"

Zio mengangguk. "Iya. Dan kita harus segera pergi sebelum orang-orang itu tahu kita mencari tahu."

Dengan perasaan campur aduk, Naura mengikuti Zio keluar dari kafe dan menuju ke tempat parkir. Mereka naik mobil Zio, dan meskipun Naura berusaha tetap tenang, ia tidak bisa menahan kegelisahan yang semakin menguasai pikirannya.

Sambil mengemudi, Zio mencoba mencairkan suasana. "Kamu tenang aja, Naura. Kita cuma perlu mencari informasi. Kita nggak akan bertindak gegabah."

Naura menatap ke luar jendela, mencoba meredakan kecemasannya. "Tapi Zio, kenapa semuanya jadi begitu rumit? Kayla nggak pernah ngomong tentang ini. Dia cuma teman aku. Kenapa dia terjebak dalam masalah besar kayak gini?"

Zio berhenti sejenak, lalu berkata pelan. "Kayla mungkin nggak bisa bicara karena dia merasa terjebak. Dia tahu kalau dia memberitahu kamu, kamu bisa jadi target juga. Dan kadang, orang yang terjebak dalam masalah besar merasa mereka harus menyelesaikannya sendiri."

Naura terdiam. Ia mulai memahami sedikit lebih banyak tentang bagaimana Kayla mungkin merasa. Tapi tetap saja, ia merasa sangat bingung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Perjalanan mereka ke luar kota memakan waktu lebih lama dari yang Naura perkirakan. Namun, suasana di mobil terasa semakin berat seiring berjalannya waktu. Zio akhirnya memarkir mobil di sebuah tempat yang agak terpencil, jauh dari keramaian.

"Teman aku ada di sini," kata Zio sambil membuka pintu mobil.

Naura mengikuti Zio keluar dari mobil dan melihat seorang pria berdiri di depan sebuah rumah kecil yang terletak di ujung jalan. Pria itu memandang mereka dengan mata tajam, seolah mengukur apakah mereka pantas untuk didekati.

Zio memberi isyarat pada Naura untuk mendekat. "Ini, Naura. Temanku. Sebaiknya kamu bersiap, dia nggak mudah percaya."

Pria itu menyapa mereka dengan anggukan kepala. "Zio," katanya singkat, sebelum beralih menatap Naura. "Kamu Naura, kan?"

Naura mengangguk dengan ragu, merasa sedikit tidak nyaman dengan tatapan pria itu. "Iya. Kamu yang bisa membantu kami?"

Pria itu menghela napas. "Aku bisa memberi kamu informasi. Tapi kamu harus jaga diri. Semua yang terlibat dengan Kayla nggak main-main. Ini jauh lebih besar daripada yang kalian kira."

Naura merasa darahnya berdesir. "Apa yang harus kami lakukan?"

Pria itu memandang sekeliling, memastikan tidak ada orang lain yang mendekat. "Dengarkan baik-baik, ini bukan soal permainan lagi. Mereka sudah memperhatikan kalian."

Pria yang baru mereka temui memperkenalkan dirinya sebagai Aldo, seorang mantan anggota dari kelompok yang sering berhubungan dengan Kayla. Aldo terlihat lebih tua dari Zio, dan tatapannya tajam seolah sudah lama terbiasa dengan situasi penuh bahaya. Namun, ada sesuatu yang membuat Naura merasa tidak nyaman—entah itu sikapnya yang terlalu tenang atau aura misterius yang menyelubunginya.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi pada Kayla?" Naura bertanya, tak sabar untuk mendapatkan jawaban.

Aldo melirik Zio sebelum kembali menatap Naura. "Kayla bukan hanya mahasiswa biasa. Dia terlibat dalam jaringan yang lebih besar. Kelompok ini, mereka nggak cuma mengendalikan kampus, tapi juga mempengaruhi banyak hal di luar itu."

Naura terdiam. "Jadi, dia nggak cuma terjebak dalam masalah kampus saja?" tanyanya, mencoba merangkai semua potongan teka-teki yang ia hadapi.

Aldo mengangguk pelan. "Itu benar. Dan mereka nggak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kayla... dia mencoba keluar dari mereka, dan itu yang membuatnya menjadi target."

Naura merasa jantungnya berdegup kencang. "Kenapa Kayla nggak bilang apa-apa ke aku? Kenapa dia nggak cerita?"

Aldo menghela napas panjang. "Dia merasa takut, Naura. Takut kalau kamu terlibat dan jadi sasaran juga. Tapi... ada sesuatu yang lebih besar lagi yang perlu kamu tahu."

Zio menatap Aldo dengan serius. "Apa maksudmu? Apa yang Kayla sebenarnya tahu?"

Lihat selengkapnya