Kisah Protokol X

Penulis N
Chapter #9

9

Sejak pertemuan mereka kemarin, Naura tidak bisa menenangkan pikiran. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat. Namun, satu hal yang ia tahu pasti—mereka semakin dekat dengan jawaban yang selama ini dicari. Namun, semakin banyak yang mereka temui, semakin banyak pula pertanyaan yang muncul.

Hari itu, Naura merasa perlu menghubungi salah satu dosen yang bisa jadi memiliki informasi lebih banyak mengenai Alfred dan proyek yang terhenti itu. Dosen itu adalah Dr. Galih, yang pernah menjadi pembimbing skripsi beberapa mahasiswa senior, termasuk Alfred. Naura tahu bahwa Dr. Galih cukup terbuka dalam berbicara, meskipun ia terkenal dengan sikapnya yang agak canggung.

Setelah kuliah, Naura segera menuju ruang dosen untuk menemui Dr. Galih. Zio menghubunginya beberapa kali, menanyakan apakah ia sudah mendapatkan informasi lebih lanjut, namun Naura memilih untuk tidak memberitahunya terlalu banyak. Ia ingin menghadapinya sendiri dulu, tanpa terburu-buru memberi tahu Zio. Meski takut, Naura tahu bahwa semakin banyak informasi yang mereka dapatkan, semakin besar pula kemungkinan untuk menyelamatkan diri mereka dari bahaya.

Ketika Naura sampai di ruang dosen, Dr. Galih sedang duduk di meja kerjanya, tampak sibuk dengan tumpukan berkas. Naura merasa sedikit cemas, tapi ia melangkah masuk dengan mantap.

"Selamat pagi, Dr. Galih. Apakah saya bisa bicara sebentar?" Naura membuka pembicaraan dengan hati-hati.

Dr. Galih mendongak, matanya menyapu wajah Naura, dan ia tersenyum tipis. "Oh, Naura. Ada apa? Silakan duduk. Saya sedang tidak terlalu sibuk."

Naura duduk di kursi yang ada di depan meja Dr. Galih. "Sebenarnya, saya ingin bertanya tentang proyek penelitian yang dulu pernah dibimbing oleh Anda bersama Alfred. Saya... saya penasaran, kenapa proyek itu dihentikan tiba-tiba?"

Pertanyaan Naura terucap dengan hati-hati, tapi ia bisa melihat bagaimana ekspresi Dr. Galih berubah seketika. Raut wajahnya sempat terlihat bingung, lalu pelan-pelan ia menyusun kata-kata.

"Proyek itu...," Dr. Galih tampak berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Proyek itu memang cukup besar, melibatkan banyak orang. Tapi sayangnya, ada banyak masalah di dalamnya. Tidak hanya soal penelitian, tapi juga masalah pribadi yang melibatkan beberapa pihak."

Naura menatapnya dengan cermat. "Masalah pribadi? Apa maksudnya, Dr. Galih?"

Dr. Galih menghela napas, lalu mengerutkan dahi. "Saya tidak bisa banyak bicara tentang itu. Tapi, saya rasa Anda perlu berhati-hati. Alfred bukan orang yang seperti yang Anda kira. Ada sesuatu di balik dirinya yang tidak pernah diketahui orang lain."

Naura terkejut mendengar kalimat itu. Apa maksud Dr. Galih? "Apa yang sebenarnya terjadi, Dr. Galih? Kenapa Anda mengatakan seperti itu?"

Dr. Galih diam beberapa saat, seperti berpikir keras sebelum akhirnya menggelengkan kepala. "Saya... saya tidak bisa memberi tahu lebih banyak. Maaf, Naura. Saya tidak bisa."

Naura merasa kecewa, namun ia tahu bahwa ia tidak bisa memaksanya lebih jauh. "Baiklah, Dr. Galih. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk saya."

Setelah berbicara sebentar lagi, Naura pun keluar dari ruang dosen dengan perasaan campur aduk. Apa yang dimaksud Dr. Galih dengan 'masalah pribadi'? Apakah itu ada kaitannya dengan apa yang terjadi pada proyek Alfred? Naura merasa ada sesuatu yang sangat penting yang belum ia ketahui, dan ia harus mencari tahu lebih lanjut.

Saat ia kembali ke kamar kos, Zio sudah menunggu di depan pintu. Wajahnya terlihat cemas, dan Naura langsung menceritakan apa yang baru saja didengarnya dari Dr. Galih.

"Jadi, ternyata ada yang disembunyikan, kan?" Zio berkata setelah mendengarkan penjelasan Naura.

Naura mengangguk, matanya penuh tekad. "Iya, dan aku rasa kita harus tahu lebih banyak. Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan proyek itu dan kenapa Alfred begitu penting dalam semua ini."

Zio menghela napas. "Naura, aku cuma ingin kita berhati-hati. Semakin dalam kita menggali, semakin banyak bahaya yang mengintai. Jangan sampai kita malah terjebak."

Naura menatap Zio dengan serius. "Aku nggak bisa mundur sekarang, Zio. Kita sudah terlalu dekat. Kita harus menemukan jawabannya."

Zio terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk. "Oke, kita lakukan ini bareng-bareng. Tapi ingat, kita harus hati-hati."

Malam itu, Naura tidak bisa tidur nyenyak. Semua yang ia dengar dari Dr. Galih semakin membuatnya yakin bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari yang mereka kira. Proyek Alfred, yang awalnya terlihat seperti hal kecil, ternyata menyimpan banyak rahasia yang bisa menghancurkan banyak orang.

Naura hanya berharap bahwa ia bisa menemukan semua jawaban itu—sebelum semuanya terlambat.

Keesokan harinya, suasana kampus terasa sedikit lebih tegang bagi Naura. Meskipun semua orang masih tertawa dan menjalani harinya seperti biasa, bagi Naura dan Zio, dunia seperti berubah—menjadi lebih sunyi, lebih gelap, dan penuh teka-teki.

"Naura, aku nemu sesuatu," ucap Zio tiba-tiba, menghampiri Naura yang baru keluar dari kelas.

Naura mengerutkan dahi. "Apa?"

"Aku iseng cari-cari lagi di forum mahasiswa lama, terus aku nemu thread dari tahun lalu. Ada postingan anonim yang ngebahas soal proyek Alfred. Nggak banyak, tapi ada satu komentar yang aneh. Aku curiga itu ditulis sama seseorang yang terlibat langsung," jelas Zio sambil menunjukkan tangkapan layar di ponselnya.

Naura membaca cepat. Komentar itu singkat:

"Proyek itu seharusnya dihentikan, sebelum seseorang terluka lagi."

Jantung Naura berdetak lebih cepat. Kata-kata itu terdengar seperti peringatan, tapi juga seperti penyesalan.

"Maksudnya... lagi? Berarti sebelumnya udah ada yang terluka?" Naura mengangkat wajahnya, menatap Zio.

Zio mengangguk pelan. "Dan aku nggak yakin itu cuma metafora. Mungkin benar-benar ada yang terluka. Atau lebih buruk."

Naura terdiam beberapa detik. "Kita harus cari tahu siapa yang nulis komentar itu. Ada petunjuk?"

Zio menggigit bibir bawahnya. "Nggak ada nama, tapi dia pakai username kaktusbisu. Aku coba lacak lewat data forum, dan satu-satunya yang pernah pakai nama itu adalah alumni jurusan Teknik tahun 2021. Namanya Genta Wicaksana."

Naura langsung mencatat nama itu. "Berarti kita harus ketemu dia."

"Udah coba cari info. Katanya sekarang dia kerja di luar kota, tapi sering balik buat bantu proyek kampus. Bisa jadi dia bakal mampir akhir pekan ini," kata Zio.

Naura mengangguk mantap. "Kalau gitu kita tunggu. Sementara itu, aku mau coba cari file lama yang ditinggal Alfred di perpustakaan. Dulu dia sering pinjam ruang baca individual di lantai tiga."

"Sendirian?"

Naura mengangguk. "Ya. Kalau rame-rame, malah nggak bisa konsen."

Zio terlihat ragu. "Oke, tapi kabari aku terus, ya?"

Lihat selengkapnya