Kisah Protokol X

Penulis N
Chapter #14

14

Naura menghela napas panjang, matanya menatap dokumen yang ada di tangannya. Walau halaman itu tampak biasa, perasaan yang ditimbulkan sangat tidak biasa. Di dalamnya ada catatan-catatan yang membingungkan, dengan kode-kode yang bahkan tak pernah dia lihat sebelumnya. "Ini lebih rumit daripada yang kita kira," gumamnya, memecah keheningan yang ada.

Zio, yang masih tampak cemas, mengedarkan pandangan ke sekitar mereka. Kampus sudah sepi, hanya ada suara langkah kaki di kejauhan. "Kita nggak bisa di sini lama-lama. Kalau mereka tahu kita ambil dokumen itu, kita bisa terjebak dalam masalah besar."

Sarah yang lebih tenang, duduk di trotoar, mengeluarkan ponselnya dan memeriksa sesuatu. "Aku coba cari informasi lebih lanjut tentang proyek ini," katanya. "Biar aku coba cek koneksi yang aku punya."

Naura mengangguk. "Ya, kita harus bergerak cepat. Aku rasa kita sudah terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar tugas akhir."

"Apa yang ada dalam dokumen itu?" tanya Zio, penasaran.

Naura melirik sekilas. "Ada banyak kode-kode yang nggak aku ngerti. Tapi ada satu hal yang menarik. Ini mencantumkan nama-nama orang yang sepertinya terlibat dalam eksperimen ini. Banyak yang aku kenal. Dan yang paling mengejutkan, Dosen Arief ada di daftar ini."

Zio menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Dosen Arief? Apa yang dia punya dengan eksperimen ini?"

Naura menggelengkan kepala. "Itulah yang ingin kita cari tahu. Dan menurutku, ada alasan kenapa dia bersikap begitu. Kenapa dia memperingatkan kita."

Sarah yang sedari tadi fokus pada ponselnya akhirnya mengangkat kepala. "Ada beberapa informasi yang berhasil aku temukan," katanya pelan. "Tapi aku nggak yakin itu bisa dipercaya. Sepertinya ada banyak orang yang terlibat dalam eksperimen ini, dan kebanyakan dari mereka ada di posisi yang sangat berpengaruh."

"Ada yang lain?" tanya Zio dengan cemas.

Sarah mengangguk. "Ada satu nama yang mencuri perhatian. Namanya... Aidan Kurniawan. Tapi entah kenapa, aku nggak bisa menemukan informasi lebih banyak tentang dia. Seperti ada yang sengaja menghapus jejak-jejaknya."

Naura terdiam sejenak. Nama Aidan Kurniawan terdengar sangat familiar, tapi dia tidak bisa mengingat dari mana dia pernah mendengarnya. "Kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang dia. Apapun yang dia lakukan, itu pasti terhubung dengan apa yang terjadi di kampus ini."

Zio mengangguk setuju, tapi jelas ada rasa khawatir yang semakin membebani pikiran mereka. "Kita nggak tahu siapa lagi yang terlibat dalam ini. Mereka pasti tidak akan membiarkan kita begitu saja setelah kita mengetahui sebagian dari rahasia mereka."

Sarah menatap mereka berdua. "Kita harus berhati-hati. Mereka mungkin memantau kita tanpa kita sadari."

Naura merasa jantungnya berdegup kencang. Satu-satunya hal yang dia tahu sekarang adalah bahwa mereka tidak bisa mundur. Mereka sudah terjerat dalam misteri yang terlalu besar untuk diabaikan. Namun, setiap langkah yang mereka ambil semakin membawanya ke dalam bahaya yang semakin nyata.

"Ayo, kita harus segera keluar dari sini," kata Naura, suara tegas meski hatinya berdebar. "Kita harus mencari Aidan Kurniawan dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini."

Langkah Naura terasa lebih berat saat mereka melangkah meninggalkan area kampus. Walaupun udara malam cukup sejuk, rasa cemas dan ketegangan membuatnya merasa panas. "Kita harus segera mencari tahu lebih banyak tentang Aidan Kurniawan," ujarnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara langkah kaki mereka yang saling bersautan.

Zio, yang biasanya lebih ceria, kini hanya berjalan dengan wajah serius. "Tapi bagaimana caranya, Naura? Kita nggak tahu apa-apa soal dia. Apa kita hanya akan menebak saja?"

Sarah, yang sebelumnya diam, kini mengangguk. "Aku rasa kita butuh lebih dari sekadar tebakan. Kita harus tahu siapa dia sebenarnya. Mungkin ada jejak-jejak yang bisa kita temukan di tempat-tempat yang lebih aman. Pencarian online sepertinya nggak cukup."

Naura mengangguk. "Aku tahu, tapi setidaknya kita sudah bisa mulai dengan petunjuk yang ada. Dia terlibat dalam proyek ini—mungkin kita bisa temukan sesuatu di arsip kampus."

Mereka berjalan menuju mobil yang sudah mereka parkir jauh dari pusat keramaian kampus. Zio membuka pintu mobil, dan mereka bertiga masuk. Keheningan malam terasa semakin menekan, menambah rasa tegang yang mencekam hati mereka.

"Tapi aku merasa ada yang aneh," kata Sarah tiba-tiba. "Ada sesuatu yang nggak beres dengan sistem di kampus ini. Mereka tidak akan membiarkan kita begitu saja. Aku yakin, di balik semua ini ada lebih banyak yang disembunyikan."

Naura menatap Sarah, matanya penuh tanda tanya. "Kamu maksud apa?"

Sarah menghela napas, matanya menatap jalanan yang sepi. "Aku tidak tahu pasti, tapi menurutku ada orang-orang di dalam kampus yang tahu lebih banyak dari yang kita duga. Mereka bisa saja berperan lebih dari sekadar pengawas eksperimen ini. Dan Aidan... dia mungkin bagian dari mereka."

Zio mengerutkan kening. "Maksudnya... orang-orang itu bisa jadi bukan hanya sekadar dosen atau mahasiswa biasa?"

"Persis," jawab Sarah. "Kita tidak tahu siapa yang sebenarnya mengendalikan semuanya. Mungkin Aidan tahu siapa mereka, atau bahkan terlibat langsung."

Lihat selengkapnya