Keesokan harinya, Naura dan Zio mendapat informasi baru yang mengarah pada pusat penelitian tersembunyi di luar kota. Mereka tahu, ini adalah langkah besar untuk menemukan kebenaran terakhir dari eksperimen Profesor Tio dan Darius.
Mereka memutuskan untuk berangkat, meninggalkan kampus dan segala yang sudah mereka ketahui. Mereka tahu ini adalah langkah yang sangat berisiko, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan dunia tidak jatuh ke dalam kekuasaan teknologi yang bisa merusak segalanya.
Di jalan menuju pusat penelitian, Naura merasakan ketegangan yang semakin menumpuk. Setiap langkah mereka menuju tujuan terasa seperti langkah yang lebih dekat ke dalam bahaya yang lebih besar.
Tapi mereka tidak punya pilihan. Mereka harus melanjutkan.
Apakah mereka akan menemukan jawaban yang mereka cari? Ataukah mereka akan terjebak dalam permainan yang jauh lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan?
Naura, Zio, dan Sarah akhirnya tiba di luar kota, di sebuah tempat yang tampaknya tak terjamah oleh siapapun. Lokasi yang mereka cari ternyata sangat tersembunyi, berada di balik bukit yang dikelilingi pepohonan lebat. Setelah beberapa jam perjalanan, mereka sampai di sebuah gedung besar yang tertutup rapat.
"Ini dia," bisik Zio, matanya memeriksa setiap sudut bangunan yang tak terlihat dari jalan utama.
Sarah melangkah maju, memeriksa pintu yang terbuat dari baja yang terlihat kokoh. "Kita harus berhati-hati. Mereka pasti sudah tahu kita akan datang."
Naura mengangguk. Mereka telah sampai jauh dari tempat yang mereka kenal, dan kini tinggal satu langkah lagi menuju kebenaran. Namun, ketegangan masih terasa di udara. Naura merasakan bahwa keputusan yang mereka ambil bukan hanya akan mengubah hidup mereka, tetapi juga hidup banyak orang.
Zio mendekati pintu, mencoba menemukan cara untuk membukanya. "Tunggu sebentar," katanya, mengeluarkan alat dari tas ranselnya. Alat itu adalah alat hacking kecil yang bisa membuka sistem keamanan sederhana. Tak lama, pintu besar itu terbuka dengan suara berderit.
"Mari masuk," kata Zio.
Mereka bertiga masuk perlahan, mewaspadai setiap langkah. Di dalam gedung itu, suasana sunyi, hanya ada suara langkah kaki mereka yang menggema di lorong-lorong gelap. Dinding-dinding beton dingin dan lampu yang redup menambah rasa mencekam.
"Sepertinya tempat ini tidak terawat dengan baik," gumam Sarah. "Atau memang sengaja ditinggalkan?"
Naura mengangkat bahu. "Entahlah, tapi kita harus mencari jawaban."
Mereka melangkah lebih dalam ke dalam gedung, mengikuti petunjuk yang mereka dapatkan sebelumnya. Naura terus merasa seperti ada yang mengawasi mereka, bahkan meskipun tidak ada tanda-tanda kehidupan lain di sekitar mereka. Zio dan Sarah tampak merasakan hal yang sama, tetapi mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun, lebih memilih untuk fokus pada tujuan mereka.
Akhirnya, mereka sampai di ruang utama. Ruangan itu jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan, penuh dengan perangkat komputer dan layar besar yang menyala. Di tengah ruangan, ada sebuah meja besar dengan berbagai file dan alat canggih yang tampaknya sudah berusia lama.
"Ini tempat yang sangat rahasia," kata Zio, mendekati salah satu layar yang menampilkan grafik yang tidak mereka pahami. "Ini lebih canggih dari yang pernah kita lihat."
Sarah berjalan ke meja yang lebih besar dan menemukan dokumen yang tampaknya sangat penting. "Lihat ini!" serunya. "Ini seperti laporan riset. Ada nama Profesor Tio dan Darius di sini."
Naura mendekati Sarah, memeriksa dokumen yang ditemukan. "Ini... ini tentang eksperimen mental yang mengubah pikiran manusia," kata Naura, suara terkejutnya terdengar jelas. "Mereka memang berencana mengendalikan pikiran manusia!"
Zio menyentuh layar besar lainnya yang tampaknya menghubungkan banyak data. "Aku rasa kita belum tahu seluruhnya. Mereka tidak hanya melakukan eksperimen ini untuk mengontrol individu. Ada sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang akan mengubah tatanan dunia."
Naura merasa hatinya berdegup kencang. "Tapi apa yang mereka rencanakan? Apa yang akan terjadi kalau mereka berhasil?"
"Tunggu," kata Sarah, mendekati layar lainnya. "Ada satu nama yang muncul berkali-kali—Aurelian. Ini nama yang tidak pernah kita dengar sebelumnya."
Zio menoleh. "Aurelian? Siapa dia?"