Sebulan sudah setelah kepulangan Layla di rumah ibunya di kampung halaman. Rencana pernikahannya dengan Bram sudah diatur oleh ibunya dan isteri Ferdi. Pernikahan itu akan dilaksanakan sederhana saja. Hanya mengundang sanak saudara dan teman terdekat.
Sebenarnya para tetua adat di kampung meminta acara resepsi secara besar-besaran. Agar masyarakat luas bisa memberi penghormatan atas pengorbanan yang di derita Layla. Mereka semua tidak menyangka Layla benar-benar menjalani hukumannya.
Tetapi Layla dan Bram menolak karena menurut mereka masih dalam suasana berkabung. Keduanya masih menghormati arwah Teddy dan berencana mengirim doa pada hari ke 40-nya besok. Sekaligus menandai kembalinya Layla di kampung halamannya.
Disamping itu juga masih banyak hal yang harus dilakukan. Seperti membangun kembali komunikasi dengan keluarga besar dan tetangga sekitar. Mengembalikan rasa kepercayaan diri karena selama ini memang bersalah.
Akhirnya prosesi dan resepsi pernikahan Layla dengan Bram terlaksana. Dengan acara yang sederhana tetapi berlangsung meriah dan khidmad. Mak Rusti dan suaminya, Tante Lissa dan Ellya, juga tante Farida, menghadiri pernikahan itu.
Teman-teman sekelas di sekolah Layla dulu juga ikut hadir memberikan doanya. Disamping memberi selamat kepada Layla, juga mengirim doa untuk arwah Teddy. Tetangga, sanak keluarga, semua turut bergembira atas kebahagiannya hari ini.
Untuk selanjutnya Layla dan Bram memutuskan tetap tinggal di kampung halaman. Dengan Pertimbangan focus membina keluarga baru dan juga mendampingi ibu Layla. Bram menjual apartementnya di Jakarta, lalu dibelikan tanah persawahan di belakang rumah.
Ini adalah pilihan hidup mereka meninggalkan kota Jakarta. Kembali ke kampung halaman dengan berkarya sesuai kemampuannya. Ibunya menyerahkan pengelolaan toko pada Layla. Sementara Bram mengurus persawahan dengan beberapa pekerja.
Setahun kemudian Layla menjadi seorang ibu dengan kelahiran anak pertamanya laki-laki. Keluarga sangat berbahagia dengan hadirnya si kecil diantara mereka. Membuat suasana baru di rumah itu yang semakin bermakna.
Layla sudah memanggil ibunya dengan sebutan Eyang Putri membahasakan anaknya. Eyang Putri-nya tak kalah bergembira melihat kebahagiaan mereka. Rumah yang selama ini sepi, kini berubah ceria dengan adanya si kecil.