Sejak saat itulah Layla mulai bekerja di Club Malam bertaraf internasional. Pengalaman yang diperoleh sebelumnya di Jogya membuatnya tidak terlalu sulit. Sehingga dia bisa lebih cepat beradaptasi menyesuaikan diri.
Mungkin yang membedakan lebih kepada beragam jenis acaranya. Hingga bukan hanya sekedar sebatas menghidangkan makanan dan minuman saja. Atau juga bukan hanya sekedar sebatas menemani berjoget dan bernyanyian saja.
Club Malam memang selalu menyimpan yang unik-unik. Penyediaan lighting yang menarik dengan musiknya yang keras. Tempat mangkalnya banyak DJ lokal maupun DJ internasional. Didukung oleh sederet penari dengan kostumnya yang menawan.
Daya tarik utamanya adalah pesona dari kehidupan malamnya itu sendiri. Sambil menikmati minuman, cocktail, ataupun camilan di bar. Karena disini banyak minuman dan makanan enak yang bisa dicoba sambil bergoyang.
Itulah diantara beberapa kemeriahan yang ditanggung semakin seru sepanjang malam. Yang membuat siapa saja tidak akan mampu menampik pesona kehidupan malamnya. Mulai dari teras, area indoor, hingga taman belakang. Dijamin nyaman seperti rumah sendiri.
Dibalik penampilan Club malam yang kalem, gemerlap, dan indah. Model Colosseumnya yang tampak dari luar seperti gudang tua yang tak terpakai. Siapa nyana didalam gedung itu ada kehidupan malam dengan beragam jenis acara.
Bagi Layla bukan karena disini tempat yang menjanjikan. Kalaupun kehidupan disini sedikit bisa memberinya harapan. Namun sebenarnya bukan tempat yang nyaman baginya. Karena hanya di tempat inilah satu-satunya dia dapat bertahan hidup.
Sebagai gadis yang taat aturan, hukum, adat, dan agama. Dia akan selalu bekerja dengan sebaik-baiknya. Pesan-pesan ibunya akan selalu dipegangnya kuat-kuat. Keajaiban hidup akan selalu ada ketika kita bersedia berpikir dan melakukan hal yang baik.
Seperti malam-malam sebelumnya, Layla bekerja dengan sepenuh hati. Tidak membedakan tamu laki-laki maupun wanita, tua ataupun muda. Meski hanya menemani mengobrol, berjoget, bernyanyian atau yang hanya ingin refreshing dan cuci mata.
Namun demikian ada pula tamu-tamu yang ekstrim. Minta Layla melayaninya lebih dari pada biasanya. Mereka menabur uang dan menjanjikan bermacam-macam kemewahan. Lalu mengajak berkencan hingga diluar jam kerja Club.
Kalau sudah demikian Layla mundur pelan-pelan, menolak secara halus. Tidak jarang hal itu menimbulkan salah paham. Mereka marah-marah, memaki, mengumpat dengan kata-kata yang merendahkan.
Malam semakin larut ketika Layla bertindak sebagai Bartender di bar. Dia menjadi super sibuk melayani tamu-tamunya. Karena malam ini ada makanan dan minuman yang lagi promo. Sehingga dia harus bolak balik dari Runner di bar ke meja tamu pemesannya.
Salah satu tamu pemesannya malam ini bernama Anton. Yang ternyata eksekutif muda berdasi yang pernah bertemu layla di Lobby kantor saat mencari pekerjaan. Anton begitu antusias ingin menjadikan Layla sebagi pacarnya barunya.
Anton mengaku masih kerabat tante Farida, memaksa agar Layla menemani. Dia sudah membayar biaya Set dan biaya nominasi untuk Layla. Dia juga sudah memesan 1 room karaoke medium. Ruang yang sebenarnya cukup untuk 4 orang.
Anton tidak pernah bosan merayu dan mendekati dirinya. Walupun hati Layla tidak pernah bergetar padanya. Apalagi pemuda itu bukan Type lelaki yang diinginkan. Gaya hidup Anton yang mewah tidak sesuai dengan jiwanya.
Anton sebenarnya tipe pria masa kini. Dia sudah bekerja mapan, punya ambisi yang tinggi. Orientasinya selalu dapat menghasilkan uang sebanyak mungkin. Tetapi Layla lebih suka melayani pria sederhana, berwawasan luas, dan mudah diajak bicara.
Sekarang Anton kembali menekan Layla untuk menjadi pacarnya. Sebenarnya Layla sudah tidak sanggup menghadapi Anton. Pria yang dikenal selalu bergonta-ganti pacar. Layla tidak mau dijadikan wanita yang kesekian di dalam hidupnya.
Tetapi malam ini mau tidak mau Layla harus melayani Anton dengan sebaik-baiknya.
“Aku dengar dulu kamu pernah menikah?” tanya Anton tiba-tiba.
Layla cukup terkejut mendengarnya. Setengah sadar dia mendengar suara Anton berkata seperti itu. Rupanya berita tentang kegagalan pernikahannya sudah terdengar sampai disini. Dari mana Anton mendapat berita itu? Mungkin saja dari tante Farida.
“Ya, kenapa kamu tanyakan?” jawab Layla balik bertanya.
“Aku hanya ingin memastikan apakah berita itu benar,” kata Anton lagi dengan tenangnya.
Anton sama sekali tidak merasa sungkan. Tidak merasakan kalau kata-katanya itu sangat menyinggung perasaannya. Seakan-akan dia senang bisa melihat Layla bersedih. Itulah yang membuat tensinya sedikit naik.
“Kalau sudah tahu, ya sudah. Mau apa lagi?” jawab Layla datar berusaha menyembunyikan kepedihan.
“Aku hanya kasihan padamu. Sudah menikahnya gagal, ditinggal pacar pula.” Anton seperti mengejek.
“Sudahlah, apa pula pentingnya membicarakan hal itu. Bicara saja yang lain,” pinta Layla. Tetapi sebenarnya apapun yang akan di bicarakan Anton baginya tak penting. Dia sudah terlanjur tidak menyukai Anton.
“Ya, aku tahu. Aku memang tidak akan membicarakan hal itu. Aku hanya ingin kamu memberi kesempatan padaku untuk …” Anton tidak meneruskan kalimatnya, karena Layla telah memotongnya.
“Aku nggak mau ...” sahut Layla cepat. Karena tahu Anton akan menjadikan dirinya sebagai pacarnya yang baru. Dia sama sekali tidak tertarik menjadi pacar Anton.
“Berilah kesempatan padaku untuk membuktikan. Aku bisa mencintaimu lebih dari pacarmu dulu. Aku berjanji ...” Anton meneruskan dengan nada yang bersungguh-sungguh. Sepertinya dia ingin merayu Layla lagi.
Layla tidak menjawab, padahal dia ingin menolak kemauan Anton. Dia tidak bisa dipaksa untuk terus mengikuti kemauannya. Walaupun hatinya memang kosong, tetapi ketenangan jiwanya lebih penting.
“Layla, Ayah dan ibuku menginginkan aku segera menikah. Aku ingin mengenalkan kamu pada mereka,” kata Anton sekarang dengan suara lirih demi melihat Layla diam.
“Enggaklah, aku nggak bisa,” ucap Layla dengan sedikit tersentak.
“Tante Farida ingin kamu menjadi keluarga besar kita.” Anton beralasan.
“Apa hanya karena itu? Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjadikan saudara.” Layla memberi bantahan.
“Maksudku malam ini kamu bukan saja jadi pacarku, tetapi sekaligus calon isteriku.” Anton langsung menyentuh hatinya. Tetapi Layla sama sekali tidak tersentuh.
“Pilih saja pacar-pacarmu yang kamu suka,” sergah Layla.
“Pacar-pacarku? memangnya berapa banyak pacar yang aku punya? satu pacarpun aku nggak punya,” katanya dengan nada ketus. Layla tergelak mendengarnya.
“Ah, yang benar. Sejauh pengetahuanku koleksi pacarmu bertebaran dari satu tempat ke tempat lain. Sudahlah mengaku saja deh, nggak usah macam-macam.” Layla menggertak.
“Ohh, pasti kamu telah mendengar isu-isu. Itu semua nggak benar, Layla.” Anton berusaha membela diri dihadapan Layla. Padahal Layla tidak membutuhkan sama sekali. Hatinya sudah berada ditempat lain entah dimana.
“Lho bukan isu, tetapi kenyataannya memang begitu, kan?” tegas Layla.
“Mungkin itulah sebabnya kamu nggak mau memberi kesempatan padaku,” balas Anton tertawa. Sepertinya merasa bangga banyak wanita yang menjadi pacarnya.
“Bukan! Tapi karena kamu sendiri, itu saja.” Layla mulai jengah.
“Memang kenapa dengan aku? Aku ingin menyelamatkanmu dari ketidak pastian hidupmu saat ini,” kata Anton bernada menyudutkan.
“Hidupku memang sudah hancur, tetapi bukan berarti aku minta dikasihani,” suara Layla mulai meninggi.
“Aku tahu kamu telah dipermainkan lelaki yang tidak bertanggung jawab. Sekarang aku datang untuk melindungimu, seharusnya kamu menyadari itu,” lanjut Anton percaya diri.
“Terserah kamu, pastinya aku nggak mau jadi pacarmu,” Layla kembali menegaskan.
“Ya … nggak harus sekarang, suatu saat kamu harus mau.” Anton tetap percaya diri.
Tak disangka oleh Layla pembicaraan Anton menjurus ke intimidasi. Setiap kata yang diucapkan sangat melukai hatinya. Apalagi menjadikan kegagalan pernikahannya sebagai alasan. Dia semakin tidak menyukai sifat Anton yang arogansi seperti itu.