Malam ini di Hall Utama diadakan perhelatan live music. Event entertainment yang paling lengkap dan mewah. Dengan dukungan kilauan lighting yang spektakuler dan nyaman untuk dinikmati. Sehingga pengunjung tidak akan pernah merasa bosan.
Kesempatan ini digunakan Teddy mengajak Layla untuk nonton bareng. Bahkan Teddy sudah meminta izin manager Club jauh hari sebelumnya. Hubungan Layla dengan Teddy rupanya juga semakin membaik.
Live Music di panggung saat ini sudah memainkan beberapa lagu. Diantaranya lagu Hits Permata Hitam, yang dibawakan oleh seorang Penyanyi Club bernama Erawaty. Dimana aransemen musik Rock-nya mampu membuat penonton histeris.
Teddy dan Layla duduk di meja khusus untuk mereka berdua. Layla sangat menikmati dan puas dengan lagu yang dibawakan Erawaty. Disamping performa yang enerjik, syair lagunya sangat mengusik hati dan jiwanya.
Ketika selesai menyanyikan lagu-lagunya kemudian Erawaty mendatangi meja Teddy dan Layla. Sebenarnya Layla ingin memuji penampilannya, namun Erawaty menunjukkan sikap seperti bermusuhan. Sehingga Layla mengurungkan niat baiknya itu.
Di meja tempat mereka sekarang ada Erawaty. Teddy memperkenalkan Layla pada Erawaty, bahwa dia calon isterinya. Erawaty hanya berdehem mengangguk-anggukan kepalanya memandangi Layla.
“Ini calon isterimu?” tanya Eraway seperti meyakinkan.
“Ya, calon isteriku, kenapa?” jawab Teddy sambil tersenyum.
Erawaty seperti mencemooh dan memandang rendah terhadap Layla, “Hebat juga, ya? Kukira cuma pelayanmu,” katanya kemudian
“Kuharap kamu bisa bergaul dengan Layla,” ucap Teddy seperti mengatur.
Erawaty kembali hanya mengangguk-anggukkan kepala, namun kali ini sambil tersenyum sinis. Rupanya dia tidak menyukai kehadiran Layla bersama Teddy. Kemudian berkata dengan nada ketus ke arah Layla, “Kamu bisa menyanyi?”
“Ah, aku nggak tahu seni suara,” jawab Layla dengan tidak acuh. Dia pun pura-pura sibuk dengan handphonenya.
“Memang enak jadi hostess bisa merayu, dari pada menyanyi seperti aku,” Erawaty seperti menggerutu. Lalu beralih kepada Teddy seakan menegurnya, “Lain kali kalau bawa hostess yang bisa menyanyi, jadi bisa bergaul denganku.”
“Aku sengaja mengajak Layla kemari biar kamu tahu, dan semua orang tahu, Layla adalah pacarku,” Teddy melirik ke arah Layla.
“Oya? Memangnya aku nggak bisa cari yang lebih dari kamu?” balas Erawaty kini semakin kecut dan menutupi dengan tawanya.
“Terserah kamu, kita kan bebas,” sahut Teddy ikut tertawa.
“Oke, kita sekarang bebas,” Erawati sewot.
“Asal kamu tahu, mulai sekarang aku sudah meninggalkan dunia malam. Aku akan memulai kehidupan baru bersama Layla,” ucap Teddy seperti tidak ada beban.
“Dasar ... baru ngeliat cewek melek dikit, udah kebingungan,” Erawaty tambah sewot.
“Pokoknya terserah kamu, aku sudah nggak ada lagi urusan dengan kamu dan dengan semuanya,” tegas Teddy.
“Gara-gara dia, kamu jadi bertingkah,” pekik Erawaty nadanya meninggi menunjuk Layla.
Layla yang mendengar percakapan Teddy dan Erawaty hanya bisa geleng-geleng kepala. Tampaknya kehadirannya bersama Teddy menjadi permasalahan. Merasa dirinya menjadi bahan percakapan, maka lalu dia memprotes.
“Teddy, apa-apaan ini?” pekiknya mengarah pada Teddy.
Tiba-tiba Erawaty memandang Layla dengan tatapan menuduh. Ini bukan pertama kali dia menatapnya seperti itu. Dari pertama ketemu tadi Erawaty sudah menunjukkan sikap tidak bersahabat.
“Kamu hostess baru di Club, jangan macam-macam,” ancam Erawaty.
“Memang kamu kenapa? Datang marah-marah?!” Layla merasa tidak bersalah.
“Begini saja, deh,” Erawaty menimpali menunjukkan raut muka tidak suka, “Pokoknya untuk sementara kamu jangan ikut Teddy lagi kesini.”
“Hhaa …?” Mata Layla terbeliak. Perasaannya menjadi tersinggung melihat Erawaty bicara seperti itu kepadanya, “Tolonglah berbicara baik-baik, beri aku penjelasan agar aku tahu masalahnya.”
“Seharusnya kamu tahu siapa aku ...,” Kata Erawati lagi sinis. Terlihat sekali menampakkan kecemburuannya.
“Sudahlah, sesama penghuni Night Club, Tidak boleh saling mendebat,” Teddy menengahi.
“Perempuan nggak tahu diri,” Erawaty masih sewot.
“Jadi, gara-gara aku kalian bertengkar? Kalau begitu aku cabut saja dari sini,” seru Layla dan segera berdiri dari tempat duduknya hendak beranjak pergi.
“Eith, kamu mau kemana?” Teddy berusaha mencegahnya.
Layla tidak mempedulikan kata-kata Teddy. Wajahnya sudah memerah, tidak tahan lagi mendengar suara Erawati. Dia terus berlalu meninggalkan mereka. Tetapi Teddy mengejar, sehingga Erawaty hanya sendirian.
Merasa ditinggalkan begitu saja, Erawaty menjadi marah. Dia bertolak pinggang sambil ngoceh-ngoceh. Mulutnya mengucapkan kata-kata ancaman terhadap Teddy. Setelah itu dia pun pergi meninggalkan tempatnya.
Teddy yang menyusul Layla sempat berdebat soal Erawaty. Tetapi Teddy memastikan bahwa semua sudah ditinggalkan. Dia akan kembali ke Batam mempersiapkan masa depan mereka. Besuk dia akan berkunjung ke rumah Layla untuk berbicara panjang lebar.
***
Hari ini Layla pagi-pagi sudah bangun, bersih-bersih rumah terutama ruang tamu. Biasanya paling malas bangun pagi. Karena pulang dari Club hampir selalu menjelang subuh. Praktis dia sekarang tidak pernah kerja pagi seperti ini.
Hal ini dikarenakan sudah ada kepastian Teddy akan datang. Hari ini mak Rusti sengaja tidak berdagang. Alasannya para pekerja proyek banyak yang libur. Banyak yang meninggalkan lokasi, ada yang pulang atau pergi karena keperluan lain.
Setelah sekian bulan bekerja, hati Layla bisa sedikit lebih tenang. Dengan gaji yang di terima rasanya sudah cukup untuk dirinya. Bahkan bisa membantu rumah tangga Mak Rusti. Bisa membelikan barang-barang, seperti meja kursi tamu, televisi, kulkas, dan lainnya.
Layla juga sudah bisa merenovasi sedikit rumahnya. Menambah lagi satu kamar di belakang untuk dirinya. Sehingga kehadiran Layla di rumah ini menjadi sangat berarti. Membuat kehidupan suami isteri yang monoton menjadi lebih berwarna.
Pagi ini Layla sengaja menunggu Teddy dengan duduk-duduk di teras. Tidak berapa lama mobil Teddy pun datang. Teddy turun dari mobil langsung melempar senyumnya, disambut Layla dengan senyum ceria pula. Teddy sempat mencium pipinya beberapa kali.
“Aku seperti pulang ke rumahku sendiri,” kata Teddy setengah teriak. Tidak puas mencium pipi, Teddy ingin mencium keningnya. Layla masih berdiri terpaku tidak menyadari. Dia terkejut saat ujung bibir Teddy benar-benar telah menyentuhnya.
Layla memejamkan mata berkali-kali untuk mencegahnya berkaca-kaca. Akhirnya keraguan yang selama ini dirasakan sirna. Teddy masih sama seperti dulu dalam hal kemesraan. Masih juga ganteng dengan rambut gondrong dan senyum khasnya.