“Kamu tak temani dia ke Kerajaan Theligonia?” Philip muncul. Sedari tadi ia menguntit Rhea dari belakang.
“Tidak.”
“Bukannya kamu suka membela dia?”
“Stop sindir aku Kak!”
“Baiklah. Kamu sudah tahu kan, mengapa kita harus menjauhi dia?”
Rhea tidak menjawab sama sekali. Ia membalas dingin tatapan Philip. Lantas, terbang meninggalkan Philip dan hutan terlarang.
***
Berbalik ke kejadian satu jam yang lalu.
Raja Heros, Raja Kerajaan Aphrodite mengadakan pertemuan kekeluargaan secara mendadak. Meminta seluruh anggota Kerajaan berkumpul di aula istana. Raja menutup matanya. Berkonsentrasi sambil menunggu kedatangan mereka.
Seluruh anggota Kerajaan, termasuk Rhea dan Philip mendengar panggilan Raja dari radar sinyal yang dikirimkan Raja. Terdengar lewat salah satu gendang telinga mereka, Segera kumpul di ruang aula!
Sepuluh menit kemudian, ketika mentari merangkak turun. Aula istana telah diisi dengan seluruh anggota keluarga Kerajaan. Para penjaga diminta untuk melindungi setiap sudut aula, di dalam maupun di luar aula. Penjagaan lebih diperketat daripada malam-malam sebelumnya.
Seluruh anggota keluarga Kerajaan tak ada yang berani membuka suara. Sudah menjadi peraturan lisan bahwa tidak ada yang boleh memulai pembicaraan, sebelum Raja memulainya. Mereka duduk di lantai karpet merah di balik meja persegi. Setiap meja diisi dengan dua orang peri. Letaknya di bawah depan singgasana.
“Putri Rhea, saya mendengar dari penduduk bahwa kamu sekarang sedang dekat dengan seorang anak manusia. Apakah itu benar?” Raja membuka pertemuan.
Raja duduk di singgasana di dalam aula istana. Ruangnya terlihat apik dan bersih. Lantai istana yang sengaja menggunakan kayu jati menyeduhkan hati untuk dipandang di mata. Ornamen-ornamen yang digunakan tidak menampakkan adanya kemewahan yang berlebih. Nuansa dinding berwarna coklat dengan jendela terbuka lebar di sisi kanannya. Menampakkan taman hijau dan bunga yang beraneka ragam warnanya semakin menambah aura kesejukan di dalam ruangan tersebut. Bahkan suasana sore tidak mampu menelan keindahan pemandangannya. Itulah yang sebenarnya menjadi jantung dari Kerajaan Aphrodite.
“Maafkan putri jika lancang Raja. Apa salahnya jika kita berteman dengan seorang manusia?” Rhea berdiri. Memberikan hormat dengan menekukkan lutut setengah berdiri, kaki kiri di depan, kaki kanan di belakang, sedang tangannya dilebarkan ke samping.