Kisah Seorang Putri Rusa

Veron Fang
Chapter #5

Lahirnya Bayi Mungil, Putri Rusa

“Rhea. Putri Rhea! Bangun Putri!” Suara lembut terdengar dari seorang wanita, membuat mata Rhea bergerak kecil di balik kelopak matanya. “Bangunlah putri kecilku!”

“Ibunda, kaukah itu?” Rhea bergumam kecil. Mengucek-ngucek matanya dengan punggung matanya.

“Iya, putri kecilku. Lantas siapa lagi yang berada di ruangan ini jika bukan Ibunda yang bersuara. Mengapa putri kecilku tertidur disini? Bukannya disini dingin?”

“Tidak apa-apa Ibunda. Aku sedang ingin dekat dengan Ibunda saja. Lagian, ranting-ranting pohon ini menjaga kehangatanku.” Rhea bangkit dari tempat tidurnya. Kemudian duduk di dekat meja tempat Putri Harmonie berada.

“Lihat dirimu. Seberantakannya dirimu kamu tetap cantik.”

“Putri siapa dulu dong!” Rhea tersenyum.

“Adakah yang mau kamu tanyakan pada Ibunda?” tanya Putri Harmonie penuh telisik.

Layar wajah hologram Putri Harmonie menghilang sepersekian detik untuk kemudian muncul hologram biru muda berhiaskan kerlap-kerlip putih, menampakkan keseluruhan dari kepala sampai kaki. Putri Harmonie mengenakan gaun model sabrina dengan rambut panjangnya diikat ekor kuda. Duduk di kursi sebelah kanan Putri Harmonie.

“Ibu selalu cantik.” Bulir mata Rhea terjatuh. Terjun bebas dari balik matanya ke pipi. Lantas turun membasahi bajunya.

“Hei, pagi-pagi kamu sudah menangis sayangku.” Harmonie mengangkat tubuh Rhea untuk duduk di pangkuannya. “Coba kamu lihat langit biru di luar sana. Burung-burung telah sibuk mencari makan untuk anak-anaknya. Pohon dan tumbuhan sedang menyiapkan hati untuk fotosintesis. Langit di luar sana sedang cerah-cerahnya. Kamu, Rhea sudah sepatutnya secerah itu.”

“Ibunda pasti sudah mendengar pertemuan kemarin bukan? Apa Ibunda juga hadir disana?” Rhea menyandarkan kepalanya di bahu Harmonie. Sembari iseng menggulung-gulung satu dua gumpalan rambut ibunya. Tangisnya sudah mulai teratur. Ia tak lagi sesenggukan.

“Pastinya. Ibu akan selalu hadir di dekat Rhea. Apa kamu terlalu penasaran siapa Harry?”

“Yah, asal Ibunda ingin memberitahuku. Bahkan Philip ataupun Marsha tak ingin memberitahuku. Ini tidak adil,” gerutu Rhea.

“Rhea, hidup di masa lalu adalah lampau, masa kini adalah perjuangan, masa depan adalah tujuan yang sesungguhnya. Kamu terlahir spesial Rhea. Kamu terlahir memiliki hati yang tulus dan otak selancar aliran sungai, berbeda dengan peri lainnya. Peri seperti kami ini terlahir memiliki hati yang polos dan berdasarkan insting emosional. Maklumkanlah kami. Sama seperti Ibunda yang memaklumkanmu bersikap nakal kali ini.”

“Iiih..ibunda. Mengapa malah lebih memilih mereka? Ibunda jahat.” Rhea beranjak turun dari pangkuan Harmonie. Berusaha menyentuhkan kakinya di lantai. Bergerak duduk di kursi semulanya.

“Ibunda adalah peri bodoh sayang. Tapi, Ibunda setuju denganmu satu hal. Manusia tidak sepenuhnya licik. Mereka juga memiliki hati yang tulus. Namun, janji sama Ibunda kamu jangan berhubungan dengan manusia lagi.”

Lihat selengkapnya