Keheningan datang menyelimuti medan perang pasca pertempuran. Hanya suara angin berbisik di antara reruntuhan, menemani Joko dan Sekar yang bersandar lelah di bawah pohon rindang.
Aroma tanah basah dan darah masih memenuhi udara, mengingatkan mereka akan keganasan pertempuran yang baru saja berakhir.
"Kita berhasil, Joko," bisik Sekar, suaranya bergetar karena kelelahan tapi dipenuhi rasa lega. "Ini berkat surat cintamu yang salah kirim itu, loh."
Joko tersenyum tipis. "Nasib orang memang tak bisa ditebak, ya, Sekar? Kadang surat cinta bisa jadi strategi perang..."
Tiba-tiba, Sultan Agung mendekat. Wajahnya masih dipenuhi kelelahan, namun sebuah senyum tipis menghiasi bibirnya. Ia tampak lebih tenang dari sebelumnya.
"Joko... oh Joko," katanya, suaranya lebih lembut dari biasanya. "Aku berterima kasih. Kau telah menyelamatkan kerajaan."
"Aku hampir saja menyerah pada Pangeran Mangkubumi dan kehilangan seluruh pasukanku," ujar Sultan Agung dengan mata nanar menatap ke kejauhan.