Kendi tanah liat itu terasa hangat di tangan Joko, memancarkan cahaya redup yang aneh—seperti kunang-kunang yang terperangkap dalam tanah liat.
Ukiran-ukirannya, semula tampak acak, kini membentuk pola jelas saat cahaya berkilau samar.
Di sampingnya, Sekar menarik napas dalam-dalam. Aroma tanah dan darah dari medan perang masih memenuhi udara. Ia mencoba menetralisir rasa sesak di dadanya.
"Seperti dugaanku... ini bukan kendi biasa," bisik Sekar lirih, jarinya menyentuh permukaan kendi yang kini terasa dingin setelah cahaya meredup. "Ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya."
Tiba-tiba, kendi itu menyala lagi. Sebuah cahaya meloncat ke udara dan membentuk proyeksi seperti hologram. Bukan gambar, melainkan teks kuno dalam aksara Jawa.
Joko mencoba menerjemahkan, namun hanya mengenali sebagian. Untungnya, Sekar punya pengetahuan lebih dalam soal sejarah dan bahasa kuno.
Wajahnya tiba-tiba berubah menjadi pucat pasi saat membaca:
"Perjanjian Bayangan... Persekutuan Rahasia... Pangeran Mangkubumi... Pengkhianatan di Istana..."
Kemudian terjadilah dialog diantara mereka berdua:
"Perjanjian Bayangan? Apa maksudnya?" Tanya Joko.
"Ini... bukti konspirasi besar! Pangeran Mangkubumi hanyalah pion. Ada kekuatan lain di balik semua ini. Dan mereka ada di dalam istana!" Jelas Sekar.