Utami melangkahkan kakinya ke dalam gerbang SMA Putra Bangsa, menatap gedung sekolah yang megah dan penuh aktivitas. Sejak pagi, rasa campur aduk menyelimuti dirinya—antusiasme, kecemasan, dan sedikit rasa tidak percaya bahwa dia akhirnya sampai di sini. Hari pertama sekolah selalu memiliki aura yang berbeda, seperti memulai babak baru dalam hidup.
Sebelum melangkah lebih jauh, Utami melihat ke sekeliling, mencoba mencari teman lamanya. Dia tahu beberapa teman dari SMP akan masuk ke sekolah ini, tapi saat ini semua tampak seperti wajah-wajah baru. Utami menghela napas, merasa sedikit terasing di tengah kerumunan siswa baru yang sibuk mencari kelas mereka.
Di saat seperti ini, Anto muncul di hadapannya. Anto, sahabatnya sejak SMP, tampak santai dan percaya diri. “Eh, Utami! Baru juga datang, sudah kelihatan bingung,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Utami tersenyum lega melihat Anto. “Iya, aku memang sedikit kebingungan. Bisa bantu aku?” tanyanya dengan penuh harapan.
Anto mengangguk. “Tentu saja. Kita barengan saja hari ini. Aku juga baru pertama kali di sini. Kita bisa mencari tahu bersama.”
Mereka berjalan bersama melewati koridor panjang yang dipenuhi oleh poster kegiatan sekolah dan pengumuman-pengumuman penting. Di sepanjang jalan, mereka melewati kelompok-kelompok siswa yang tampak sedang berdiskusi, tertawa, atau hanya berdiri diam sambil memeriksa jadwal mereka.
Saat mereka mencapai ruang kelas yang tertera di jadwal, Anto mengeluarkan ponselnya. “Kita bisa cek lagi jadwal kita, jangan sampai salah masuk kelas,” sarannya.
Utami mengangguk, dan mereka memeriksa jadwal dengan seksama. Setelah memastikan bahwa mereka berdua berada di kelas yang sama, mereka melangkah masuk. Ruang kelas yang luas itu sudah penuh dengan siswa yang duduk dengan antusias, bercakap-cakap, dan saling berkenalan.