Hari kedua di SMA Putra Bangsa dimulai dengan suasana yang lebih santai dibandingkan hari pertama. Utami bangun pagi dengan rasa antusiasme bercampur kecemasan. Ia berdiri di depan cermin, memeriksa seragamnya dengan teliti, berharap hari ini akan berjalan lebih lancar.
Setelah sarapan cepat, Utami bergegas keluar rumah dan berjalan menuju sekolah. Di gerbang sekolah, dia bertemu dengan Anto. “Selamat pagi!” sapa Anto dengan penuh semangat, “Bagaimana tidurmu? Siap untuk hari kedua?”
Utami tersenyum. “Selamat pagi! Rasanya agak lebih baik hari ini. Aku merasa sedikit lebih siap.”
Mereka berdua berjalan menuju kelas bersama. Suasana di koridor terasa lebih familiar dibandingkan hari sebelumnya, meski masih banyak wajah baru. Setiap kali mereka bertemu dengan teman baru, Anto memperkenalkan Utami, dan Utami merasa sedikit lebih nyaman.
Saat mereka memasuki ruang kelas, Utami menyadari bahwa suasana terasa berbeda. Banyak siswa yang tampak sudah mulai akrab satu sama lain, berbicara dengan ceria. Mereka menemukan kursi yang sudah mereka pilih kemarin, dan Utami mulai merasa bahwa kelas ini akan menjadi tempat yang lebih menyenangkan hari ini.
Pelajaran pertama adalah matematika. Utami mencoba fokus pada penjelasan guru, namun beberapa konsep terasa sulit dipahami. Ia mencuri pandang ke Anto, yang tampak sangat memahami materi. “Bisakah aku minta bantuanmu nanti?” bisiknya dengan cemas.
Anto mengangguk sambil tersenyum. “Tentu saja. Kita bisa belajar bersama setelah sekolah.”
Setelah jam pelajaran selesai, Utami dan Anto menuju kantin. Kantin hari ini tampak lebih ramai, dan mereka harus mencari meja yang kosong di antara kerumunan siswa. Mereka akhirnya menemukan meja di dekat jendela, dan mulai mengobrol tentang berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
“Menurutku, klub debat bisa jadi pilihan yang menarik,” kata Anto. “Bagaimana denganmu? Ada minat khusus?”