Seorang perempuan paruh baya tengah membawa kayu bakar di atas kepalanya ketika ia melihat seekor anjing tengah mengorek-ngorek tanah merah di bawah rumpun bambu itu. Perempuan itu tidak tertarik untuk memperhatikan seekor anjing kudisan. Tapi ketertarikan itu muncul ketika ia melihat anjing itu berhasil mengeluarkan bungkusan kain dari bawah tanah.
Perempuan paruh baya itu pun mengambil batu koral dan mengangkatnya tinggi-tinggi seakan ingin melempar sang anjing dengan batu tersebut. Kemudian mulutnya berteriak, "Hush! Si! Si!"
Anjing itu ketakutan dan lari tunggang langgang. Meninggalkan seonggok buntalan kain yang dengan susah payah dia korek dari dalam tanah. Perempuan paruh baya itu mendekati buntalan yang setelah itu dia sadari sebagai selimut bayi dengan rasa penasaran yang sangat.
'Boa-boa[1] ada orang yang mengubur bayi,' bisiknya. Dia menurunkan kayu bakar yang sedari tadi dia bawa, kemudian tangannya membuka selimut bayi itu. Tampaklah disana bayi merah yang masih terdapat tali arinya.
Perempuan itu terbelalak. Tangannya gemetar sembari menutup mulutnya yang mengucap istighfar berkali-kali. Kemudian tanpa berpikir panjang dia lari. Lupa dengan kayu bakar yang dia bawa. Saat itu dia langsung mendatangi Pak RT dan melaporkan apa yang dia lihat di bawah rumpun bambu barusan.
“Pak RT! Saya menemukan bayi di kebun bambu!” serunya dengan napas terangah-tengah.
“Nu bener? Hayu urang ka ditu!”
Pak RT pun datang ke tempat penemuan jasad bayi diiringi oleh para tetangga dan orang-orang yang berpapasan di jalan. Ketika mereka tanya, 'Pak RT mau kemana?', Pak RT jawab, 'Ada mayat bayi ditemukan di area rumpun bambu dekat selokan.' Maka orang sudah lupa dengan urusannya masing-masing. Mereka lebih tertarik untuk melihat langsung apa yang dikabarkan oleh Pak RT kepada mereka. Pak Bowo yang hendak ke sawah untuk memperbaiki selang irigasi tak jadi pergi, membuntuti pak RT. Pun dengan Bu Sumirah yang hendak belanja ke warung Mang Juma, dia pun batal belanja dan mengikuti pak RT sembari membawa keranjang. Tak ketinggalan Si Ruslan, anak Pak Haji Rohim yang sehari-hari kerjanya hanya mengoprek handphone dan merekam video dan gambar. Orang bilang si Ruslan ini sangat terobsesi menjadi seorang YouTuber terkenal seperti Ata Halilintar dan Ria Ricis. Tapi sayangnya, kontennya itu-itu saja. Viewernya segitu-gitu saja. Maka demi mendengar ada penemuan jasad bayi, si Ruslan langsung teriak di dalam hati, 'Wah, ada bahan konten, nih!'
Setelah sampai di lokasi, Pak RT kemudian meminta warga untuk melapor Pak RW. Pak RW datang, melapor ke Kades. Kades kemudian membawa masalah itu sampai ke polisi. Maka hanya dalam waktu satu jam saja para petugas berseragam cokelat itu sudah tiba di lokasi sembari memasang garis polisi.
Seorang anggota polisi datang memeriksa buntalan selimut bayi itu, membukanya dengan hati-hati dan memasukannya ke dalam dus.
Warga semakin ramai saja. Berdatangan tanpa perlu diundang. Kabar penemuan jasad bayi malang itu merambat dari mulut ke mulut. Mereka berdatangan untuk menuntaskan rasa penasaran yang mengganjal.
Sementara Bu Sumirah yang sedari tadi tertegun melihat kardus mie instan berisi bayi, kini mulai berkaca-kaca. Mata yang berkaca itu kemudian berubah menjadi isak tangis tertahan.