Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #18

Kehidupan di Penjara

Aku tidak tahu apakah aku harus menjawabnya atau diam saja. akan tetapi tampaknya si gadis tomboy itu memintaku untuk menjawab pertanyaannya.

“Heh! Malah bengong! Lu kena kasus apa sampai bisa masuk sini?”

Kurasakan keringat dingin membasahi punggung dan telapak tangan. Sensasinya sama persis seperti ditanya oleh petugas bernama Yulius tempo hari. Wanita ini lumayan garang untuk ukuran seorang wanita yang selama ini aku kenal penuh dengan kelembutan jika dibandingkan pria. Tapi ternyata ada juga wanita yang lebih garang dari pria sekalipun.

“Lu budek ya!”

Oke, bahkan si wanita tomboy urakan yang mengesalkan ini aku akui lebih mengerikan dibandingkan petugas bernama Yulius itu.

“Aku…aku…”

“Selain budek lu juga gagap!”

Apakah aku harus mengatakan dengan jujur bahwa aku adalah pelaku pembuang bayi yang tempo hari ramai diberitakan di koran dan televisi? Baiklah, aku harus menjawabnya. Tidak perlu malu, karena yang menanyaiku orang jahat juga. Kenapa harus malu dan sungkan menjawab pertanyaan orang jahat? Terlepas aku tidak tahu apa kejahatan si gadis urakan itu sehingga dia bisa mendekam di sini. Yang jelas, jika melihat dari sikapnya, aku bisa memprediksi dia seorang pembunuh. Itu pun jika aku tidak salah menduga.

“Anjing! Lu ternyata budek!”

“Aku pelaku pembuangan bayi, kenapa?”

Si gadis urakan itu melotot, sejurus kemudian bertepuk tangan. “Hebat! Hebat! Dosa gue nggak ada apa-apanya dibandingkan dosa yang lu bikin!”

Aku tercenung beberapa saat lamanya. Rasa ngeri berubah menjadi rasa penasaran tentang identitas si wanita tomboy itu. Apa dia bilang? Dia bilang dosa dia tidak separah dosaku? Memangnya apa kesalahannya? “Me-memangnya a-apa yang membuat kamu berada di sini, Mbak?” meski agak takut, pertanyaan itu terlontar juga dari mulutku. Meski agak tergagap.

Si wanita tomboy itu menatapku tajam, kemudian tersenyum miring. “Lu punya nyali juga ya, nanyain gue. Itu bukan urusanmu!”

“Hei, jangan ganggu dia. Dia itu anak baru. Kamu nggak punya hak buat mengintimidasi siapa pun di sini!”

Tiba-tiba aku mendengar suara dari arah samping. Kulihat seorang wanita berbadan gempal dan berambut keriting mendekat ke arah kami. Si wanita bertubuh gempal itu mengangkat dagunya, memberi isyarat kepada si wanita tomboy untuk meninggalkanku.

“Nggak usah ikut campur!” seru si gadis tomboy sembari mendengus sebal. Kemudian berlalu dari hadapanku. Si gadis tomboy itu tampak menaiki tangga menuju tempat tidur di tingkat dua dan merebahkan diri di sana. Sempat kulihat dia mencabut sebatang rokok dari saku jeans celana pendeknya.

Kini aku menatap si perempuan gempal yang telah menyelamatkanku dari sikap resek si wanita tomboy tadi. “Terimakasih mbak.”

“Sama-sama. Dia memang resek orangnya. Kenalin, aku Merlin.” Perempuan gempal yang ternyata Merlin itu mengulurkan tangannnya ke arahku yang langsung kusambut dengan senyuman lebar.

“Namaku Raisya. Panggil aja Rara.”

***

Lihat selengkapnya