Sejak Merlin mencoba menyelamatkanku dari intimidasi Riska, kami berteman dengan baik. Merlin mengajakku untuk gabung dengan gengnya. Awalnya aku tidak tahu menahu jika di dalam pernjara itu ada geng-gengan.
Perlu kamu tahu bahwa di dalam penjara itu ada geng yang memiliki pengaruh. Di dalam lapas wanita itu ada dua geng. Geng Riska si gadis tomboy dan geng Merlin si gadis gempal. Menurut cerita Merlin, Riska sudah lebih dulu menjadi penghuni lapas tersebut. Dua tahun setelah itu Merlin menjadi penghuni lapas setelah digrebek polisi dalam operasi peredaran narkoba di kotanya.
“Asal lu tau aja, Ra, setiap kali ada napi kasus narkoba, dia sudah dipastikan diperas oleh napi yang lain, terutama yang lebih kuat.”
“Kok bisa begitu?” tanyaku penasaran.
“Ada anggapan di kalangan para nabi bahwa napi narkoba itu duitnya banyak, makanya mereka suka minta ditraktir dan diperas. Sementara napi dengan kasus perkosaan biasanya jadi bulan-bulanan napi yang lain, kemaluannya diikaat atau dibalsem, atau semacamnya lah.”
“Tapi nggak mungkin kan ada perempuan yang dipenjara gara-gara memerkosa laki?” tanyaku dengan sedikit tergelak.
“Nggak ada lah. Itu khusus kasus yang ada di lapas cowok. Sipir yang bilang ke aku. Itu cuman sebatas katanya. Nah, yang paling dihormati itu napi dengan kasus pembunuhan. Nggak ada yang berani ngusik si napi karena takut. Pas banget sama si Riska. Dia jadi jagoan di dalam lapas. Tak ada yang berani sama dia.”
“Tapi kok kamu berani membantah dia. Bahkan sepertinya si Riska takut sama kamu, Lin.”
“Gue belum selesai bicara, tahu! Jadi begini, pas gue masuk ke sini, si Riska langsung tuh nanya-nanyain gue. Yah, kayak sikap dia ke kamu kemarin itu. Nah awalnya gue diem aja. Dia sering banget merasin gue. Minta duit gue. Ujung-ujungnya gue kesal. Gue berantem sama dia, sampe adu jotos di dalam lapas, disaksikan oleh napi-napi lain. Untungnya gue menang, gue bahkan berhasil bikin dua gigi serinya rontok!”
“Wah, hebat kamu ya! Kirain napi wanita itu baik-baik,” ujarku sembari agak meringis karena membayangkan ada dua wanita adu jotos layaknya lelaki. Tapi dipikir-pikir apa sih yang tidak mungkin di dalam penjara?
“Si Riska kena mental. Dia malu karena kalah. Ya udah, sejak itu dia nggak berani malakin gue lagi.”
Obrolanku dengan Merlin sedikit banyak membuka wawasanku tentang kehidupan di dalam penjara. Bagaimana pun juga aku adalah orang baru yang harus mempersiapkan diriku dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Seperti soal urusan ranjang tidur, Merlin bilang kepadaku bahwa ada kasta di dalam penjara. Yang berhak menempati ranjang-ranjang tidur besi bertingkat adalah para nabi yang sudah lama di sana, atau paling tidak napi yang memiliki pengaruh dan kuat. Sementara para napi baru terpaksa harus tidur di lantai, beralaskan kardus atau kasur busa tipis. Apalagi sel tahanan tidak sesuai dengan jumlah tahanan yang setiap tahun bertambah secara signifikan. Menurut Merlin, idealnya setiap pertambahan tahanan, harus dibarengi dengan pertambahan sel dan fasilitas lainnya semacam kamar mandi.