Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #27

Hari Pertama Kerja

Hari ini aku dan Merlin akan bertemu Mami Selly. Aku dan Merlin hanya perlu naik taksi barang dua puluh menit untuk sampai ke komplek perumahan dimana Mami Selly tinggal.

“Pasti Mami Selly suka sama Lo,” ujar Merlin sembari mengerling.

“Kenapa?”

“Karena lo memiliki paras yang cantik dan tubuh yang semampai. Gadis yang cantik dan punya bentuk tubuh yang bagus itu memiliki prospek yang bagus jika bekerja bersama Mami Selly. Banyak lelaki yang mencarinya. Si Rosa sama si Aneu misalnya. Nah, mereka berdua sekarang harus bersaing sama lo,” ujar Merlin panjang lebar, diiringi derai tawa yang mengundang lirikan sopir taksi dari spion depan. Mau tak mau aku menyenggol rusuk kiri Merlin dengan perasaan gemas.

Merlin meminta sopir taksi untuk masuk ke dalam komplek perumahan cluster, kemudian setelah itu berhenti tepat di depan rumah modern tapi minimalis. Setelah membayar ongkos, kami berdua pun masuk ke halaman rumah tersebut. Halamannya ditata dengan asri, ada kolam kecil di tepi yang dihiasi dengan patung anak kecil telanjang, sementara air mancur keluar dari penis kecilnya. Geli melihatnya. Sementara di pojok-pojok halaman itu tumbuh beraneka tanaman hias dan bunga-bunga yang sebagian sedang mekar. Cukup asri untuk sebuah rumah yang dimiliki seorang germo.

“Kok rumahnya kecil?” tanyaku. Terus Mami Selly nampung anak buahnya dimana?”

Merlin tertawa kecil mendengar celotehku. “Mami Selly beda dengan germo-germo lainnya. Jika biasanya para pelacur itu tinggal di tempat yang sama di sebuah rumah yang besar, maka Mami Selly hanya seperti seorang kordinator yang mengurus anak buahnya lewat hape. Adapun transaksi terjadi di hotel atau penginapan-penginapan yang tersebar. Jadi mainnya nggak kolektif di satu rumah.”

“Oh begitu…”

Merlin memencet bel, tak berapa muncullah seorang lelaki tinggi besar. “Oh Merlin, rupanya. Ayo masuk.”

Merlin mengangguk, sementara aku melongo. Aku tidak menyangka jika lelaki tinggi besar itu memiliki tingkah kemayu. Bahkan barangkali lebih gemulai dari wanita sekalipun. Kami kemudian duduk di sofa.

“Dia siapa?” tanyaku penasaran.

“Ya dia itulah Mami Sally.”

“What? Jadi…”

“Iya, dia emang cowok. Gue lupa ngasih tahu lo,” bisik Merlin diiringi cekikikan. Sementara aku hanya menepuk jidatku.

“Nama aslinya sih Partono, tapi dia mengganti namanya menjadi Sally Partini. Kemudian kami memanggilnya dengan sebutan Mami Sally.”

“Dia nggak tersinggung disebut Mami?”

“Dia yang minta kok.”

Tak berapa lama, Mami Sally muncul dengan membawa dua gelas jus berwarna orange. Aku tidak tahu apakah itu jus jeruk atau jus mangga.

“Nah, silakan diminum jus buatan Mami, kalian pasti suka,” ujarnya sembari menjentikan jarinya yang sangat lentik dan terawat. Semua kukunya dipelihara dan diwarnai dengan kutek merah. “Oh iya, jadi ini ya yang namanya Raisya.”

Lihat selengkapnya