Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #30

Pernikahan Merlin


Dua bulan setelah itu, Merlin menikah dengan pria bernama Heri itu. Seorang pria duda berusia 45 tahun dan beranak dua. Kedua anaknya tinggal dengan mantan istrinya. Konon katanya dia bercerai karena memang ditinggalkan oleh istrinya yang kepincut lelaki lain. Empat tahun lamanya lelaki tersebut menunda dan kemudian memutuskan untuk menambatkan hatinya pada Merlin.

Pernikahan mereka dilaksanakan di sebuah hotel besar di pusat kota. Konon Heri seorang pria yang lumayan tajir untuk ukuran perempuan seperti Merlin. Dia seorang pengusaha yang memiliki tiga kafe di kota-kota berbeda. Aku sendiri datang ke pesta pernikahan mereka dan bisa membuktikan seperti apa lelaki bernama Heri itu. Dia pria yang lumayan rupawan. Tidak jelek, tidak juga terlalu tampan jika disandingkan dengan aktor televisi. Tapi dia memiliki wajah yang enak dipandang. Sepadan untuk wanita seperti Merlin. Dia juga tampak begitu mencintai Merlin. Itu saja bisa membuatku senang. Aku tidak datang sendiri, kami teman-teman ‘seprofesi’ datang ke pesta pernikahannya.

Di resepsi pernikahannya aku membawa kado istimewa yang berisi terjemah alquran dan sajadah. Aku tidak pernah memberitahukan kepada Merlin bahwa aku menghadiahinya alquran. Aku hanya berharap setelah dia lepas dari dunia kelam ini, dia bisa mengkaji kitab suci dan bertobat ke jalan Tuhan.

Aku masih ingat apa yang dikatakan Merlin kepadaku ketika sama-sama mendekam di balik jeruji besi dulu. Dia bilang kepadaku bahwa jika dia tidak dipenjara, barangkali dia tidak bisa mengaji. Tiba-tiba aku teringat Ustadzah Khadijah yang mengajari kami mengaji sekali dalam sepekan. Aku sangat bahagia jika melihat sahabatku bisa menemukan jalan yang lebih baik. Meski aku kotor dan tidak tahu sampai kapan aku menjalani kehidupan menjijikan seperti ini.

“Semoga menjadi pasangan yang sakinah ya, Mer,” ujarku ketika aku menghampiri sepasang pengantin itu di pelaminan. Kupeluk Merlin. Kami sama-sama menangis haru.

“Semoga cepat nyusul ya, Ra,” balas Merlin. Melepaskan pelukan dan mengusap air mata di pipiku.

Semenjak pernikahan itu, secara otomatis Merlin berhenti dari dunia malam yang kelam, dia mengikuti suaminya yang bekerja di kota Jakarta. Maka mau tak mau aku hidup sendiri di kostan yang selama ini kutinggali bersama Merlin. Aku sendiri bingung, apakah aku harus senang atau sedih. Tentu aku senang karena Merlin mendapatkan kehidupan yang baru yang lebih baik. Sedihnya, aku harus berpisah dengan Merlin sekaligus selalu dihantui tanya, ‘Apakah aku akan tetap berada di dunia malam yang kelam ini? Atau apakah akan ada seorang pelanggan yang tertarik menikahiku sebagaimana kisah Merlin? Ah, terlalu mengada-ada. Hanya saja, aku berharap bahwa suatu saat nanti ada seorang lelaki yang mau menerima diriku apa adanya.

Aku pernah bertemu dengan beberapa pelanggan yang bersikap lembut kepadaku. Mereka tidak hanya sekedar menyewa tubuhku, tapi juga mengajakku makan malam bersama di sebuah restoran mewah dan berbelanja di mall setelah kami tidur bersama. Pun ketika tidur, diantara mereka tidak pernah mengasariku. Mereka mengelus kepalaku, mengecup keningku dan mengatakan bahwa aku cantik di mata mereka.

Aku terkadang terbawa perasaan dan ada satu diantara mereka yang benar-benar bisa membawaku layaknya Heri yang bisa membawa Merlin menjauh dari kehidupannya yang kelam.

Tapi harapan tinggal harapan. Romantisme itu hanyalah romantisme semu yang hanya ada ketika di tempat tidur dan acara makan dan jalan-jalan. Setelah itu, para lelaki itu akan kembali ke dunianya masing-masing. Sebagian dari mereka kembali ke pasangan sahnya masing-masing. Sebagian dari mereka barangkali juga menyewa pelacur-pelacur lainnya selain diriku dengan memberikan perlakukan lembut dan romantisme yang sama.

Lihat selengkapnya