Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #42

Sepanjang Perjalanan Pulang

Justru ketika lelaki itu tidak ingin lagi meneruskan hubungan ini, kamu harus bersyukur. Seenggaknya kamu tahu bahwa lelaki itu tidak tulus menerima semua hal tentang dirimu. Anggap saja masa lalumu itu sebagai batu ujian untuk menyaring siapa lelaki yang benar-benar bisa mencintaimu secara utuh.

 

“Jika memang dia jodoh kamu, tentu dia tidak akan pernah mempermasalahkan masa lalumu. Dia akan legowo menerima semua kekuranganmu. Jika dia bukan jodohmu, dia tentu akan lari ketika kamu mengungkap semua masa lalumu yang kelam, Ra. Tidak perlu takut untuk mengungkapkan semuanya. Karena kejujuran dalam hubungan itu adalah nomor satu.” Bunda menatapku lekat-lekat.

“Rara takut, Bun,” bisikku. Kepalaku semakin menunduk karena gundah.

“Bunda mengerti. Kamu takut jika Yuda tidak menerima masa lalumu. Coba kamu pikir, kenapa harus takut? Justru ketika lelaki itu tidak ingin lagi meneruskan hubungan ini, kamu harus bersyukur. Seenggaknya kamu tahu bahwa lelaki itu tidak tulus menerima semua hal tentang dirimu. Anggap saja masa lalumu itu sebagai batu ujian untuk menyaring siapa lelaki yang benar-benar bisa mencintaimu secara utuh. Toh laki-laki bukan cuma Yuda, kan?”

“Iya, lelaki memang bukan cuma Yuda. Pertanyaannya, apakah ada lelaki yang masih mau menerima Rara? Jika Yuda jijik dengan masa lalu Rara, bisa jadi semua lelaki memiliki perasaan yang sama, Bunda.” Aku mengungkapkan semua unek-unek yang masih menggumpal di kepalaku.

Bunda hanya tersenyum, tangannya masih mengelus lembut pucuk ubun-ubunku. “Percayalah, hanya Allah yang tahu bagaimana nasibmu kelak. Kamu hanya perlu pasrah pada-Nya,” hibur bunda.

Aku menghela napas panjang. Apa yang dikatakan Bunda memang benar adanya. Akan tetapi aku tidak yakin tentang lelaki yang benar-benar akan tulus menerima masa laluku. Barangkali aku melajang seumur hidup sampai maut menjemput jika aku harus jujur kepada semua lelaki yang mendekatiku. Barangkali aku tidak akan pernah menikah jika aku dengan jujur mengatakan bahwa aku tidak perawan, pernah hamil di luar nikah, bahkan pernah dipenjara dan menjadi pelacur. Sungguh semua kejahatan dan kebobrokan pernah kulakukan. Lengkap sudah.

Aku tidak sependapat dengan Bunda. Bagaimana pun juga, aku tidak akan pernah jujur kepada Yuda atau kepada siapa pun lelaki yang mendekatiku.

Jika kemudian aku menikah dengan seorang lelaki, itu keuntungan bagiku. Setidaknya aku pernah menikah. Aku pernah dicintai. Aku pernah dimiliki oleh seseorang yang pernah mencintaiku.

Apakah aku tidak takut jika kemudian mereka mengetahui semua rahasiaku?

Tentu saja aku takut. Tapi lebih takut lagi jika aku harus jujur sejak awal dan tidak pernah merasakan dimiliki dengan rasa cinta.

Jika pun rahasia itu terlanjur diketahui. Aku akan dengan rela melepas cinta. Jika lelaki itu ingin menceraikanku, maka aku akan menerimanya. Aku akan ikhlas menerima nasib itu.

Tujuan yang paling penting adalah; aku pernah dimiliki dan pernah merasakan bagaimana dicintai dengan tulus. Meski tidak abadi. Meski hanya sementara.

Malam itu, aku benar-benar tak mampu memejamkan mata barang sedetik pun. Berkali-kali kuubah posisi tidur, balik ke kiri, balik ke kanan sembari menerawang lelangit kamar. Sementara Bunda sudah terbuai mimpi dan mendengkur halus.

Lihat selengkapnya