Yuda adalah lelaki paling romantis yang pernah aku temui dalam sepanjang hidupku. Dia tidak pernah marah secara berlebihan. Setidaknya sampai sekarang aku belum pernah menemukan dia marah kepadaku. Dia begitu perhatian sampai-sampai aku bak seorang ratu yang begitu dimuliakan secara berlebihan.
Ibu–sekarang aku memanggil Bu Hayati dengan panggilan Ibu karena dia kini telah menjadi Ibu mertuaku- juga sangat memanjakan diriku. Meski begitu tentu aku juga tahu diri bahwa aku tidak boleh lalai dengan kewajibanku sebagai seorang istri sekaligus menantu yang tinggal serumah dengan mertua.
Jika kudengar dan kuperhatikan cerita orang-orang tentang rumah tangga mereka, aku mendengar keluhan suami yang cuek. Yuda tidak pernah cuek, dia selalu membuatku ceria. Dimataku dia tidak punya cela. Sebagaimana ibu juga tak memiliki cela di mataku.
Hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan yang terasa begitu sempurna. Sebulan sekali aku pulang ke rumah, menemui Bunda dan mengabarkan kehidupanku kepada beliau. Bunda tentu melihat kebahagian itu terpancar dari bola mataku. Dia ikut bahagia. Ayah juga ikut bahagia. Sesekali pria yang menjadi cinta pertamaku itu menelponku dan menitipkan diriku kepada Yuda. Seakan dia khawatir Yuda menyakitiku tanpa pernah ayah tahu. Menurutku ayah terlalu khawatir. Tentu saja Yuda tidak akan pernah menyakitiku. Aku yakin akan hal itu.
Waku terus berjalan dengan begitu cepat. Orang bilang, kebahagiaan akan membuat waktu terasa begitu cepat. Sebaliknya, penderitaan akan membuat waktu terasa begitu lambat, menyiksa dan membosankan.
Bulan demi bulan berlalu. Kami berharap bahwa benih yang ditanam Yuda itu tumbuh menjadi bayi yang menjadi bukti cinta kami berdua. Lusinan doa aku langitkan. Memohon kepada Tuhan untuk memberikanku momongan secepat yang aku harapkan. Akan tetapi janin itu tak pernah hadir di rahimku.
Satu bulan berlalu.
Enam bulan berlalu.
Satu tahun berlalu.
Perutku masih kempes.
Aku bertanya-tanya, apa yang salah? apa yang terjadi? Kenapa aku tak juga hamil? Padahal siklus haidhku lancar. Itu artinya rahimku memiliki masa subur. Suamiku juga tak ada masalah jika aku lihat secara kasat mata. Dia selalu basah ketika berhubungan. Dia tidak memiliki gangguan ereksi atau semisalnya.