Selepas melaksanakan shalat maghrib dan makan, aku kembali duduk di ruang tamu bersama Bunda dan menceritakan semuanya kepada beliau dengan mata yang basah.
“Jadi, Yuda tahu kamu dulunya pernah hamil dan dipenjara?” tanya Bunda sembari menggenggam pergelangan tanganku.
Aku menggeleng lemah. Tentu saja Yuda tidak pernah tahu aku pernah hamil di luar nikah dan dipenjara. Dia hanya tahu aku sebagai mantan seorang pelacur. Jika lelaki itu tahu aku pernah hamil dan dipenjara, barangkali kebenciannya bertambah berkali-kali lipat.
“Lho, bagaimana kamu ini. Kamu bilang suamimu tahu masa lalumu.”
Aku menghela napas. Jika Yuda tidak tahu aku pernah hamil dan dipenjara. Maka bunda sampai sekarang tidak tahu bahwa aku pernah menjadi seorang pelacur. “Bukan rahasia itu, Bun. Tapi rahasia yang lain.”
“Maksudmu?” kening bunda berkerut tanda tak paham.
“Rara menyimpan rahasia lain yang selama ini Rara sembunyikan dari Bunda,” jelasku dengan suara yang bergetar. Biarlah. Ini saatnya aku ungkapkan semuanya.
“Ya Tuhan. Kamu selama ini membohongi Bunda juga? Selama ini kamu banyak menyembunyikan sesuatu, tidak hanya kepada suamimu, tapi juga kepada bunda?”
Aku mengangguk lemah.
Bunda menggeleng berkali-kali. Barangkali dia merasa gemas sekaligus kasihan. “Lalu apa rahasiamu itu, Ra?”
“Aku…aku pernah jadi seorang pelacur, Bun.” aku menundukan kepala. Tak berani menatap perubahan roman wajah bunda. Bunda mungkin akan marah mendengar pengakuan ini.
Bunda terdiam beberapa saat lamanya. Aku tidak tahu apa yang ada di benak bunda saat ini. Lalu kudengar dia bertanya. “Bagaimana itu bisa terjadi?”
“Ketika Rara kabur dari rumah, Rara ikut teman mantan napi. Namanya Merlin. Merlinlah yang memperkenalka Rara dengan dunia itu.” Maka kuceritakan secara panjang lebar pertemuanku dengan Mami Sally hingga bagaimana aku bertemu Yuda di warung kopi ketika terjadi razia di bedeng-bedeng bambu.
Kudengar Bunda menghela napas panjang. “Kamu memang luar biasa, Ra. Luar biasa bikin Bunda kecewa. Lebih dari dua kali kecewa.”
Aku serta merta merunduk, memeluk kedua kaki Bunda dan menangis tersedu-sedu di bawah pangkuannya. Aku benar-benar menyesal telah membuat wanita yang paling aku sayangi di dunia ini menanggung kecewa berkali-kali jumlahnya. Hati ibu mana yang tidak akan hancur ketika mengetahui anaknya berbuat nista. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.
Kurapalkan permintaan maaf hingga suaraku serak. Bunda meraih pundakku, mengangkat tubuhku sehingga sejajar dengan dirinya, kemudian mencium kedua pipiku. “Bagaimana pun juga kamu masih tetap anak Bunda. Bunda tahu kamu telah berubah. Pernikahanmu dengan Yuda telah membuktikan bahwa kamu ingin menata dirimu sendiri.”
Tangisku semakin menjadi. Kubenamkan wajahku di dada Bunda.
“Bunda tidak akan mengungkapkan hal ini kepada ayah. Biarlah ini jadi rahasia kita berdua.” Bunda mengangkat wajahku dan menyeka air mata yang membanjiri kedua belah pipiku. “Tapi kamu harus tetap berterus terang kepada Yuda tentang rahasia-rahasia masa lalumu yang belum kamu ungkapkan kepadanya. Itu pun jika pria itu ingin berbaikan denganmu. Kamu harus beritahukan dia tentang kehamilan di masa lalu dan bagaimana kamu dipenjara. Bunda tidak ingin dia kembali marah untuk yang kedua kalinya jika kemudian suamimu mengetahui sendiri apa yang kamu sembunyikan.”
Aku mengangguk pelan. “Ya, jika Yuda memang masih mencintai Rara. Tapi kemungkinan itu sangat kecil. Yuda sudah terlanjur benci.”
Malam harinya, sebelum beranjak tidur, Ibu mengirimkan pesan lewat chat, menanyai kondisiku sekaligus menitipkan salam untuk Bunda.