Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #56

Rahasia yang Terungkap

Bagi Yuda, kisah cinta yang pernah dia alami selama hidupnya hanya datar-datar saja. tidak penuh dengan dinamika. Dia pernah beberapa kali jatuh cinta dalam hidupnya dan pacaran sebagaimana lelaki pada umumnya. Hanya saja, dia tidak pernah menganggap semua hubungan yang pernah dia jalani sebagai hubungan yang serius. Kecuali ketika dia bertemu dengan Raisya. Gadis itu memberi kesan tersendiri di hatinya. Sikapnya yang apa adanya telah membuat dia jatuh cinta pada gadis itu. Maka dia pun berpikir bahwa hanya gadis itulah yang membuat dia benar-benar jatuh cinta dalam arti yang sesungguhnya.

Keputusan untuk itu bukanlah keputusan yang sepele. Dia memutuskan untuk mencintai wanita itu sepanjang sisa hidupnya karena dia yakin bahwa wanita itu adalah wanita baik-baik. Dia punya kesimpulan seperti itu karena dia yakin bahwa Rara memang seorang wanita yang tepat untuknya.

Memang, pertama kali berjumpa dia kurang ‘sreg’ dengan cara berpakaian wanita tersebut yang terlihat sedikit seronok dengan rok mininya. Akan tetapi dia kemudian mencoba berbaik sangka bahwa wanita itu berpakaian seperti itu karena tuntutan kerja. Toh dia tahu bahwa wanita itu tidak terlalu menyukai pekerjaannya.

Dia menyukai Raisya dengan segala sifat yang melekat pada wanita itu. Dia merasa Raisya adalah wanita sempurna yang telah dia nantikan.

Tapi perkiraannya meleset.

Dia telah tertipu. Dibodohi.

Semua bermula dari Arkan. Ya, Arkan si wartawan yang sejak SMA telah menjadi sahabat karibnya. Ketika pernikahannya berlangsung, Arkan tengah berada di Ethiopia untuk meliput perang dan bencana kemanusiaan di sana. Sehingga otomatis selama beberapa bulan dia hilang kontak dengan pria gondrong itu.

Dua minggu yang lalu Arkan kembali pulang ke Indonesia setelah ada pelonggaran terhadap perjalanan luar negeri karena pandemi. Lelaki itu sama. Masih gondrong dan urakan. Bedanya, kulitnya seperti semakin gelap.

“Maklum, gue dipanggang setiap hari di padang sahara,” selorohnya sembari menyeruput kopi yang Yuda berikan secara gratis. “Kenalin gue sama istri lu dong.”

“Istri gue lagi sibuk di warteg.”

“Wah, itu artinya kamu benar-benar menerapkan konsep sambil menyelam minum air bro.”

“Maksudnya?”

“Iya, lu nyari istri sekaligus buat jadi pelayan di warteg nyokap lu. Kan lumayan, menghemat anggaran, nggak perlu digaji.”

“Sialan, lo. Emang gue separah itu,” timpal Yuda sembari menoyor kepala sahabatnya itu.

“Tapi gue penasaran sih sama istri lu. Secantik apa sih dia sampai-sampai kamu kesengsem sama dia?”

Yuda pun menyorongkan ponselnya, membuka galeri foto dan memperlihatkan foto-foto yang mengabadikan kebersamaannya dengan Rara, terutama di hari pernikahan mereka.

“Wait! Sepertinya gue familiar sama muka istri lo!” seru Arkan sembari mengerutkan kening. Berpikir sejenak untuk memeras memorinya. “Gue yakin gue pernah ketemu sama istri lo. Tapi dimana ya?”

“Ah, itu hanya perasaanmu saja,” sanggah Yuda.

“Serius. Aku sangat familiar dengan wajah istrimu ini. Biar aku ingat-ingat, ah! Aku ingat sekarang. Aku pernah bertemu sama dia di…”

“Dimana? Barangkali kamu hanya bertemu dengan orang yang kebetulan mirip dengan istriku,” sanggah Yuda. Keheranan melihat ekspresi sahabatnya itu.

Arkan tiba-tiba mengangguk. “Bisa jadi sih.” Dia tidak ingin mengatakan dengan jujur kepada Yuda bahwa dia pernah bertemu dengan wanita yang mirip dengan istrinya di tempat pelacuran.

Arkan masih ingat. Setahun yang lalu dia ditugaskan oleh redaktur tabloid tempat dia bekerja untuk menulis bahasan utama tentang kehidupan para kupu-kupu malam secara ekslusif. Dia masih ingat betul bagaimana Pak Surya, redakturnya meminta dia untuk meliput secara langsung ke tempat-tempat dimana para pelacur itu menjajakan diri.

Lihat selengkapnya