Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #57

Pasrah

Malam itu Yuda benar-benar kalut. Jalan pikirannya buntu. Sepanjang malam itu dia tidak bisa tidur. Dia merasa gamang dan berada di simpang jalan. Dia tahu bahwa hati kecilnya masih mencintai Raisya. Tapi dia juga merasa sakit hati karena benar-benar telah dibohongi. Apalagi masa lalu Raisya sebagai seorang pelacur benar-benar membuat dirinya marah. Sedari dulu, dia menginginkan istri yang baik, tapi nyatanya dia hanya mendapatkan seorang perempuan bekas pelacur.

Yuda menangis. Dia memang tidak pernah menangis. Baginya, seorang lelaki pantang untuk menangis. Tapi malam ini dia biarkan matanya mengeluarkan air mata. Yuda bangkit dari ranjang yang terasa begitu dingin. Ranjang yang selama ini menjadi tempat dia dan Raisya memadu kasih. Matanya tertumbuk pada potret di dinding. Potret dengan figura cokelat itu memperlihatkan dirinya yang bersanding dengan Raisya di pelaminan. Potret yang diambil hampir setahun yang lalu dimana prosesi sakral itu berlangsung. Moment dimana dia berjanji untuk mengikat sebuah komitmen bernama cinta dan kasih sayang.

Pada momen itu dia sangat yakin bahwa Raisya adalah penyelamat dirinya. Seandainya dia tidak menikah dengan perempuan itu, mungkin dia masih terjebak dalam hubungan haram bersama Arkan atau bahkan pria-pria lainnya. Mencintai lelaki kemayu atau lelaki-lelaki yang tidak dominan dalam hubungan sesama jenis dan menjadikan mereka layaknya perempuan. Pada momen itu dia sangat yakin bahwa kehadiran Raisya di episode baru hidupnya bisa mengubah orientasi seksualnya dan menjadi lelaki yang utuh. Dan itu memang terbukti. Malam-malam yang dia lewati bersama Raisya mampu membuktikan bahwa dia bisa menjadi lelaki normal. Dia melupakan malam-malam dia bersama Arkan atau dengan lelaki mana pun yang telah atau pernah tidur dengannya. Raisya membawa pengalaman baru bagi Yuda. Pengalaman yang sulit dilupakan.

Dan sekarang…setelah Arkan membawa berita menyakitkan itu? Akankah dia tetap sama?

Ada dorongan amarah yang tiba-tiba muncul. Yuda bangkit dari ranjang yang berderit ketika tubuhnya terangkat. Kemudian tangannya meraih potret itu, kemudian membantingnya ke lantai kamar. Kaca pembingkai potret itu berkeping-keping di bawah kaki telanjangnya. Yuda kembali ambruk di atas kasur. Dan meraih ponselnya.

Dengan tangan gemetar, jemarinya menari-nari di atas layar. Mengetik pesan untuk Raisya.

Lewat chat ini aku ingin menjatuhkan talakmu! Jangan harap kita akan baik-baik saja. Kita bertemu nanti di pengadilan.

Dia kirim pesan itu, kemudian setelah yakin bahwa pesan itu telah sampai ke nomor yang dituju, dia memblokir nomor tersebut. Dia tidak lagi ingin berurusan dengan wanita itu, selain di pengadilan agama.

Tak berapa lama, ada suara langkah di luar kamar disusul dengan pintu kamar yang menjeblak terbuka lebar. ibunya berdiri di sana dengan kening yang berkerut. “Ibu mendengar suara piring jatuh…”suara Bu Hayati terhenti demi melihat keeping-keping pigura yang berserakan di lantai, “kamu…”

“Kisahku dengan Rara sudah selesai!”

***

Lihat selengkapnya