Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #60

Nasi Sudah Menjadi Bubur

Mata batin seorang ibu tidak mungkin bisa dibohongi Yud. Setiap ibu punya ikatan batin dengan hati sang anak. Setiap ibu bisa menyelami hati anaknya laksana para penyelam yang memanen mutiara dari dasar lautan.

Setelah perceraiannya dengan Raisya, Yuda tahu bahwa hidupnya tidak lagi sama. Meski begitu dia juga tahu bahwa dia harus memulai semuanya dengan satu harapan baru. Setidaknya itu yang dia harapkan. Dia yakin bahwa dia akan baik-baik saja.

Tapi tidak dengan Hayati.

Hayati selalu terlihat sedikit murung dan pendiam sejak perceraian anak lelakinya itu. Yuda tentu tahu bahwa sang ibu masih tidak bisa menerima takdir perpisahan antara dirinya dengan Raisya.

Ketika pagi menjelang, dia seringkali melihat sang ibu terpekur di dapur. Entah sedang merenungkan apa. Jika malam menjelang, sang ibu biasanya berceloteh bersama Raisya. Entah mengomentari tokoh antagonis di sinetron yang mereka tonton bersama, atau berceloteh tentang pelanggan warteg dengan selusin tingkah laku konyol mereka, atau bahkan berceloteh tentang pemilu. Dua wanita itu memang suka sekali berceloteh. Maka dulu Yuda bersyukur karena antara ibunya dan Raisya tampak begitu kompak dan cocok satu sama lain.

Tapi kini rumah itu tampak lebih sepi dari biasanya. Ibunya tak lagi berceloteh karena tak ada lagi kawan berbagi cerita.

Seperti malam ini, Yuda berusaha menemani sang ibu yang tengah menonton sinetron yang entah keberapa ratus episode, sembari memijiti kakinya yang kembali terserang pegal karena gangguan asam urat.

Hayati menghela napas panjang, kemudian dia menatap anaknya dengan mata yang redup. “Ibu menyesal kamu pisah sama Rara.”

Yuda mendengus pelan. Dia sebenarnya tidak suka jika ibunya mengungkit-ungkit kembali soal rumah tangganya yang sudah berakhir. “Sudahlah, Bu. Ini kan tentang hidup Yuda. Yuda sudah memilih untuk berpisah. Rara juga. Ini keputusan kami berdua. Yang penting Ibu doakan saja dengan doa yang baik.”

“Sejak kepergian Rara, Ibu merasa kesepian,” timpal Hayati. Tak peduli dengan setiap kalimat yang terlontar dari mulut anaknya barusan. “Ibu merasa kehilangan.”

“Baiklah, kalau begitu Yuda akan mencari pengganti Rara. Gadis yang lebih baik dari Rara. Gadis terhormat yang masih perawan kalau perlu. Gadis yang tidak pernah menjadi seorang pelacur seperti Rara.”

Hayati menatap manik mata Yuda, mencoba menyelami hati anaknya dan mengulik semua rasa yang ada di kedalaman sana. “Kenapa kamu bicara sekasar itu tentang mantan istrimu, Yud?”

“Memang faktanya seperti itu,” sergah Yuda. Membuang muka.

Lihat selengkapnya