Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #61

Posesif

Dia tahu bahwa dia tidak akan menemukan gadis baik-baik di aplikasi kencan. Memang tidak semua orang di aplikasi kencan murahan.

Kau pasti tahu bagaimana rasanya kau memiliki cinta di hatimu, tapi kau merasa gengsi untuk mengakuinya hanya karena kau pernah punya masalah dengan orang yang kau cintai. Setidaknya begitulah apa yang Yuda rasakan.

Di kesempatan yang lain, Yuda kembali melihat sosok Raisya di kafe Kenangan. Hanya saja, dia baru menyadari keberadaan mantan istrinya tepat ketika dia hendak masuk ke dalam kafe tersebut.

Ketika Yuda melihat Raisya duduk tercenung di kursi itu, hatinya bergetar. Ribuan kenangan berletupan di kepalanya sehingga membuat jantungnya semakin terpacu. Yuda tidak tahu untuk alasan apa wanita itu datang kembali ke kafe tempat mereka biasa bertemu itu. Apakah Rara datang sama seperti dirinya, untuk mengenang semua kebersamaan dari masa silam? Atau Rara datang tanpa memiliki rasa lagi?

Bodohnya Yuda, dia tidak cukup memiliki keberanian untuk mendatangi mantan istrinya. Dia lebih memilih kembali, berbalik arah sebelum kakinya menginjak lantai kafe. Dan semalaman itu dia tidak bisa tidur.

Keesokan harinya dia berpikir bahwa dia bisa saja melupakan Raisya jika dia bisa berkenalan dengan gadis mana pun. Maka dia pun mendownload aplikasi kencan di ponselnya dan berusaha tenggelam dalam chat-chat panjang bersama sejumlah wanita (yang sayangnya, setengah dari mereka menggunakan aplikasi kencan hanya untuk menjual tubuh mereka sendiri). Sialnya, justru hal itu membuat hati Yuda semakin sakit karena itu secara tidak langsung mengingatkan dia kembali kepada pekerjaan kotor mantan istrinya sebelum mereka menikah.

Dia tahu bahwa dia tidak akan menemukan gadis baik-baik di aplikasi kencan. Memang tidak semua orang di aplikasi kencan murahan. Tapi dia sudah cukup malas.

Terakhir, Yuda berkenalan dengan Alia, gadis belia yang berstatus sebagai seorang mahasiswi semester empat jurusan komunikasi. Dia tak sengaja bertemu gadis itu di rumah Ardi, sang teman setongkrongan. Belakangan dia tahu bahwa Alia adalah keponakan temannya itu. mereka berkenalan, bertukas pesan, janji temu, dan pada akhirnya Yuda tahu bahwa Alia adalah tipe gadis yang periang.

Yuda yakin dia bisa jatuh cinta pada Alia. Tapi dia salah. Semakin dia berusaha untuk mencintai gadis itu, semakin hatinya menjauh dan kembali terkenang pada Raisya. Wanita pertama yang berhasil memalingkan hatinya dari rasa terpesona pada sesama lelaki.

Lagi pula, di mata Yuda Alia berubah menjadi gadis paling posesive sedunia. Gadis itu selalu mengirim pesan kapan pun dia mau. Ketika pagi menjelang gadis itu akan mengucapkan selamat pagi, tak lupa memintanya untuk sarapan. Ketika siang menjelang, gadis itu mengucapkan selamat siang dan memaksanya untuk makan siang. Ketika malam menjelang, gadis itu minta video call, mengirim kecupan dan memungkas obrolan satu jam setengah dengan kalimat, ‘Met bobo sayang…’ Dia pikir, gadis yang meminta kekasihnya untuk tidak lupa makan adalah gadis kurang kerjaan. Disuruh atau tidak disuruh pun, dia akan tetap makan ketika dia merasa lapar.

Yuda berpikir kalau Alia lebih rajin dari alarm di hapenya sendiri. bahkan dirinya merasa muak karena gaya pacaran itu sama persis seperti gaya pacaran remaja tanggung yang memakai seragam putih biru. Dia ingin gadis yang dewasa. Gadis yang sama karakternya seperti Raisya. Raisya tidak pernah cuek, tapi gadis itu bersikap dewasa dan wajar. Raisya juga perhatian tapi tidak terkesan posesif dan lebay. Sewajarnya. Itu yang dia inginkan.

Alia selalu mendominasi dalam hubungan mereka yang baru beberapa minggu lamanya. Gadis itu selalu meminta dijemput dari tempat kuliahnya tanpa peduli seperti apa kesibukan Yuda. Alia pernah memintanya untuk segera menjemputnya, sementara disaat yang sama Yuda tengah berada di warteg, menggantikan tugas sang ibu karena Bu Hayati harus berbelanja ke pasar lama. Hm, dulu, ketika ada Raisya, Raisya selalu ada untuk membantu ibu. Setelah perceraian tersebut, ibu jadi keteteran mengurus wartegnya. Jadi, mau tak mau Yuda harus mengorbankan kedai dengan sering menutupnya karena terlampau sibuk di warteg.

“Aku lagi sibuk, banyak pembeli,” tolak Yuda ketika Alia memintanya untuk menjemput secepat mungkin.

“Kamu lebih sayang pembeli daripada pacar kamu sendiri?”

“Bu-bukan begitu, aku kan nggak enak kalo ninggalin pembeli kayak gini.”

Lihat selengkapnya