Waktu berlalu dengan begitu cepat. Bukuku menjadi fenomenal dan menjadi perbincangan luas. Saking fenomenalnya, seorang sineas tertarik untuk mengalihwahanakan kisah hidupku menjadi TV Series. Aku tentu tidak pernah menentukan nasib kisahku selain dengan mendiskusikannya dengan Fina. Fina memintaku untuk mempertimbangkan tawaran itu. Hingga kami pun memutuskan untuk menerima tawaran tersebut.
Setelah itu, keran rezeki seakan mengalir deras ke kantong kami. Kami mendapatkan royalty dari buku kami yang meledak di pasaran. Kami juga mendapatkan royalty dari rumah produksi TV series yang mengalihwahanakan novelku. Sejak serial film diluncurkan, penjualan novelku semakin menjadi. Orang-orang memujinya. Orang-orang tertarik karena itu adalah kisah nyata. Kisah sang penulis sendiri.
Aku dikenalkan oleh sang sutradara dengan beberapa artis yang akan menjadi cast dalam kisah ‘Harga Keperawanan.’ Ya, asal kalian tahu judul filmnya tidak diubah, pun dengan alurnya. Semua sama persis dengan apa yang aku tulis dalam kisah itu.
Yang menjadi pemeran diriku di dalam film itu adalah Cassandra, seorang aktris papan atas yang banyak memenangkan piala Citra. Bahkan konon Cassandra pernah membintangi dua film Hollywood. Tentunya itu satu kebanggaan karena kisahku diperankan oleh seorang aktris fenomenal.
Sementara untuk pemeran Yuda, ada Muhammad Yosep Iskandar. Seorang aktor muda berbakat yang menjajal film layar lebar setelah sukses membintangi banyak sinetron remaja. Well, aku memang mengakui karakteristik fisik Yosep sama persis seperti Yuda sebagaimana yang aku deskripsikan di novelku. Bahkan ketika aku melihat Yosep aku seakan melihat Yuda berdiri di hadapanku. Dia memiliki tubuh atletis (meski Yuda tidak terlalu atletis), berkulit hitam manis, berkumis tipis dengan rambut berombak. Pemeran Reza diisi oleh Aninditya Bagasrkara, seorang pemuda berkulit putih bersih dengan paras Oriental.
Beberapa kali aku bertemu dengan mereka. Kali terakhir bertemu adalah ketika pemutaran gala premiere di sebuah bioskop terkenal yang seringkali menayangkan gala premiere film-film nasional.
Selepas acara gala premiere, aku langsung pulang bersama Fina. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam ketika kami tiba di rumah. Hanya saja, aku melihat Bunda menunggu kedatanganku dengan mimik yang resah. Dia duduk di ruang tamu dan segera beranjak memelukku dengan isak tangis.
“Bunda kenapa?”
“Ayah. ra…”
“Ayah kenapa?”
“Ayah meninggal…”
Kalimat yang terlontar dari lisan Bunda seakan petir yang menyambar di siang bolong. Bahkan aku setengah tidak percaya. Baru dua hari yang lalu aku melakukan video call dengan ayah. Dia baik-baik saja. dia tampak sehat dan bugar. Bahkan dia tertawa lebar dan memberiku banyak nasihat. Aku masih ingat apa yang dibilang ayah kepadaku kala itu.
“Sehat-sehat ya kalian. Insya Allah ayah pulang dua bulan lagi.”
Memang sebentar lagi Ramadan tiba, dan ayah berjanji akan pulang sebelum hari lebaran. Dia juga berjanji akan membawakanku oleh-oleh khas Papua.