Kisah yang Belum Usai

Husni Magz
Chapter #65

Aku Masih Mencintainya

Kamar itu tidak berubah. Masih sama seperti ketika aku terakhir kali meninggalkannya. Meja kayu jati di pojok kiri masih teronggok. Cermin menempel di samping tempat tidur, tepatnya di atas nakas. Kamar ini memang tidak berubah, hanya saja terlihat sedikit semrawut dengan pakaian bekas pakai yang bergelantungan di kapstok. Beberapa pakaian itu tergeletak di atas ranjang.

Aku tersenyum simpul. Tentu saja aku sangat mengingat kebiasaan Yuda. Dulu, dia juga melakukan hal yang sama. Aku selalu mengomelinya dan meminta dia untuk menyimpan baju bekas pakai itu di mesin cuci. Hanya saja dia selalu beralasan begini, ‘Belum terlalu kotor. Baru sekali dipakai,’ begitulah alasannya. Apalagi jika yang dia pakai celana jeans. ‘Belum kotor, besok mau dipakai lagi.’

Tapi karena aku selalu mengomelinya, dia pun menurut dengan menyimpan setiap baju yang telah dia pakai di mesin cuci.

Dari kapstok, mataku beralih ke sebuah potret yang menempel di dinding. Potret itu dibigngkai oleh figura kayu. Melihat potret tersebut, keningku seketika berkerut. Langkahku mendekati potret itu dan meraihnya. Potret pernikahan kami.

Aku menggelengkan kepala berkali-kali. Untuk alasan apa Yuda masih mempertahankan potret itu setelah perceraian terjadi. Untuk alasan apa dia masih mempertahankan kenangan itu? Ketika aku membalik potret itu, tanpa sengaja aku melihat sebuah tulisan di bagian belakangnya.

‘Maafkan aku, sayang. Aku masih mencintaimu.’

Aku mengembalikan potret itu di tempatnya semula, kemudian duduk di atas ranjang itu dengan perasaan campur aduk. Tahu-tahu aku menangis tanpa suara. Tahu-tahu aku berbaring di ranjang itu. Tahu-tahu tanganku meraih kaus milik Yuda yang teronggok di tepi bantal dan memeluknya sembari menyesap aroma tubuhnya yang tertinggal di sana.

Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa di hatiku yang paling dalam aku masih mencintai dan mengharapkan lelaki itu.

Kemudian apa yang dikatakan Yuda malam kemarin kembali bergema di kepalaku.

“Kita mungkin tidak bisa mengembalikan waktu. Tapi kita bisa bersatu kembali dan memperbaiki yang sudah kita rusak, kan?”

‘Bukan kita, tapi kamu,” elakku kala itu.

“Iya, aku yang merusaknya,” ralatnya.

Mungkin Yuda benar. Barangkali kami harus mencoba untuk bersatu kembali dan memperbaiki apa yang telah kami hancurkan. Aku tidak ingin menyiksa diriku sendiri dengan pura-pura tidak lagi mencintainya.

***

Pagi itu aku menemukan lima setel baju gamis dan celana jeans longgar di lemari Yuda. Aku baru menyadari bahwa dahulu aku tidak membawa semua bajuku pulang. Jadi aku tidak perlu kerepotan karena tidak memiliki baju ganti. Aku bisa memakai baju-baju lamaku yang tertinggal di rumah ini. Aku pikir Yuda sudah membuang semua sisa-sisa bajuku yang masih mendekam di lemarinya kerana rasa benci dan jijik. Tapi ternyata dia masih menyimpannya.

Lihat selengkapnya