Kisah yang Tak Bisa Dipercaya

Alif Mahfud
Chapter #11

11 - Tentangku

Sandi kali ini tersenyum sambil mengangguk paham dan antusias. Dia mencoret-coret buku di tangannya dengan tangkas. Senyumannya khas dengan lebar yang khas dan rasa yang menenangkan. Jemari lentik memegang pena elegan yang terasa sempurna di pandangan. Lalu gerakan terakhir tangannya yang terlihat adalah membulatkan sesuatu. Seperti menandainya.

Perempuan itu kemudian kembali memandangiku dengan senyuman khasnya. Kali ini aku tak merasa kehausan, jadi aku tak mengganggu minuman dan kudapan yang tersedia di atas meja. Kami hanya fokus bertatapan sebelum akhirnya Sandi memintaku kembali melanjutkan.

Pertanyaannya adalah, “Apa yang kemudian Arif tulis tentangmu?”

Aku tersenyum dan siap untuk menjawabnya.

***

Saat itu aku hanya bisa tersenyum memandangi kebulatan tekad Arif. Aku bahkan tak sempat bertanya soal apa yang akan dia tuliskan tentangku. Lebih-lebih karena setelah itu dia langsung meminta diajarkan cara membuat novel yang baik. Maka sebisa mungkin aku mencoba menjawab dia sesuai yang pernah aku tahu dan yang aku yakini.

“Mm...,” aku menggumam sebentar untuk mengumpulkan data dalam otak.

“Untuk membuat novel yang baik, sih, aku tidak tahu. Karena itu tergantung pembacanya juga, jadi relatif. Cara yang baik untuk membuat novel juga demikian. Tergantung penulisnya.” Aku lihat Arif seperti tidak begitu paham dengan penjelasanku ini. Jadi, aku segera meloncat ke intinya saja.

“Ya, walau begitu, aku tahu salah satu yang paling direkomendasikan oleh orang-orang. Salah satu yang aku gunakan untuk menulis novel ini,” kataku sambil mengangkat flashdisk. Arif mengangguk antusias.

“Jadi kata mereka, sebelum menulis novel, sebaiknya kita membuat kerangka dan rancangan dulu. Tentukan alur dari awal hingga akhir. Terus kembangkan menjadi tulisan hingga membentuk novel. Karena kalau tidak dibuatkan rangka, katanya banyak orang akan menghadapi writer’s block.”

Writer’s block?” Arif mengulangi dengan raut bertanya.

“Untuk penulis cerpen, ini tidak sering terjadi. Lebih banyak dialami oleh orang yang sedang ingin menulis novel. Writer’s block itu adalah gangguan saat orang menulis. Ciri-cirinya, otak menjadi buntu. Tidak ada ide mau menulis apa. Katanya bahkan bingung mau menulis kata pertamanya bagaimana. Atau mau melanjutkan alur ceritanya seperti apa. Begitu.” Aku menjelaskan semampuku dan tampak Arif mengangguk mendengarkan itu.

“Tapi untuk lebih jelas, mungkin kamu bisa baca-baca artikelnya di internet. Di sana juga ada yang berbagi kiat menulis novel. Ya, kalau kamu bisa menulis secara mengalir tanpa membuat rancangan, mungkin cara berpikirmu memang beda dari kebanyakan orang. Tapi, memilih jalan dengan risiko terkecil adalah jalan yang lebih baik menurutku. Ya, tergantung orangnya juga sih.”

Lihat selengkapnya