KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #2

GENG MOTOR

Aku masuk di salah satu SMA terkemuka di Jakarta, sebenarnya nilai ujianku tidak masuk untuk berada di sekolah itu namun orang tuaku bersikeras agar aku masuk di sana. Segala cara mereka lakukan termasuk membeli bangku sekolah. Sekolah itu memang terkenal karena lulusannya yang banyak diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Saat masa orientasi siswa berlangsung, aku bertemu dengan kakak kelasku yang bernama Farhan. Dia adalah anggota OSIS sekolah yang cukup aktif. Pribadinya yang pendiam dan misterius membuat diriku penasaran.

Waktu meminta tanda tangannya, aku bertatapan dengannya langsung untuk pertama kali. Melihatnya membuatku tersipu dan terpesona, aku langsung mematung bagai dipantek oleh paku. Matanya yang tajam menatapku dalam seakan-akan ingin mengikatku erat. Setelah mendapatkan tanda-tangannya aku buru-buru kembali ke dalam kelas. Di sana para anak laki-laki memperhatikanku dengan intens. Aku langsung terkenal dibuatnya, tapi di mataku hanya ada satu. Kak Farhan.

Setelah masa orientasi siswa selesai, banyak anak laki-laki yang mendekatiku dan ingin menjadikanku kekasih mereka namun semuanya kutolak, aku hanya memanfaatkan mereka untuk mendapatkan cemilan dan minuman gratis. Oh ya, Gia dan Andin juga masuk ke SMA yang sama denganku. Kami kemana-mana bertiga bagai tiga sekawan. Dan aku juga selalu minta mereka untuk dijajani oleh orang-orang yang mendekatiku.

Sekolahku berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Tapi nilaiku tetap juga tidak berubah, aku selalu berada di urutan terakhir. Ayah dan ibuku tentu saja kecewa denganku, mereka memberikan semua yang mereka miliki tapi aku tidak bisa membuat mereka bangga. Saat itu, sekitar tahun 2009 bisnis ayahku melaju pesat, perusahaan tempat ibuku bekerja juga mengalami kemajuan yang signifikan. Kami hidup dalam kemewahan yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya

Menduduki bangku kelas dua, aku dibelikan mobil dan diantar oleh supir berangkat dan pulang sekolah. Semua orang terpesona melihatku, aku mulai belajar mengemudi dan mahir saat berusia 15 tahun. Semua orang memandangku tinggi, kecuali Kak Farhan yang terlihat acuh. Aku terus mencari cara untuk bisa dekat dengannya namun setiap aku ingin mendekatinya selalu saja ada penghalang. Entah perempuan lain, entah teman-temannya atau apapun lagi. Suatu ketika saat ingin menghampiri kakak kelasku itu, aku tidak sadar ada bola basket yang mendekat dan membentur kepalaku.

Dengan Kak Farhan yang jelas berada di depanku, aku pingsan. Kepalaku pusing dan keluar darah dari hidungku. Dasar bola basket sialan. Membuka mata perlahan, aku benar-benar dibuat malu karena yang ada di hadapanku adalah Kak Farhan. Dengan wajah datarnya dia melihatku. Aku terbelalak dan langsung duduk di tempat tidur UKS sekolah.

“Nggak apa-apa kan?” tanyanya dengan suara bass nan berat, sangat laki-laki sekali.

“I … iya. Udah nggak apa-apa kok,” jawabku gugup.

Setelah mendengar jawabanku dan melihat keadaanku, Kak Farhan mengangguk dan pergi meninggalkanku sendirian di UKS. Sungguh dingin sekali, aku sontak cemberut dan kecewa. Setelah Kak Farhan pergi, datanglah Andin dan Gia heboh karena mengetahui aku pingsan. Mereka membuatkanku teh dan berlari ke arahku meneriakiku lantang.

“Lunnnaaaaaa,” teriak Gia khawatir dan cemas, dia berlari ke arahku dan memelukku erat.

Berbeda dengan Gia, Andin berjalan santai ke arahku sambil membawa segelas teh manis hangat, “Bener-bener mereka ya, bisa-bisanya bikin lo pingsan begini,” ucapnya sembari memberikan teh tersebut.

“Tapi ada hikmahnya juga, gue bisa ketemu sama Kak Farhan,” ucapku sambil tersenyum.

“Hah? Kak Farhan demenan lo itu?” tutur Gia penasaran.

“Yoi, gue ikhlas deh kena lempar bola basket asal ada dia.”

“Hmm, capek deh,” keluh Andin melihat kelakuan temannya, “Oh iya, besok mau ikut ga? Si Oki ngajak gue ketemu teman-teman gengnya.”

“Oki?” tanyaku heran, Oki adalah teman sekelasku yang begajulan. Sering bikin onar di sekolah. Dia anak orang kaya dan wajahnya terbilang tampan, namun kelakuannya minus.

“Iya tuh anak kayaknya naksir gue, tapi gue nggak mau ah. Kelakuannya nggak jelas,” ucap Andin.

Lihat selengkapnya