Sesampainya di Bali aku menggenggam tasku erat, isi tas itu mungkin lebih berharga dari nyawaku. Aku berjalan tanpa arah, hatiku cemas dan gelisah saat orang-orang melihatku dengan aneh. Wajar memang mengingat pakaiannya yang lusuh dan wajahku yang berantakan. Aku mencari Hotel yang tidak terlalu mahal untuk beristirahat, intinya adalah untuk tidak terlihat mencolok. Aku membersihkan tubuh dengan penuh rasa lega. Rasanya sudah lama aku tidak merasakan perasaan santai seperti ini. Shower terus membasahiku menghapus lelahku di perjalanan.
Setelah mandi aku membeli makan, aku kelaparan dan rasanya ingin melahap semua makanan yang ada. Nasi padang dengan rendang dan telur dadar sungguh nikmat dan langsung membuat rasa laparku hilang. Pas sekali, saat itu di Restoran Padang tv menyala menampilkan siaran berita tentang kematian anak muda di sebuah rumah kontrakan bernama Lucky Pradana Alam yang diduga dibunuh. Aku terbelalak menatapnya, hatiku berdegup kencang dan gelisah namun aku berusaha untuk tetap tenang. Kemudian aku kembali ke dalam Hotel, berjalan di Lobby Hotel aku melihat beberapa wanita, ada sekitar lima orang dengan pakaian seksi dan dandanan mencolok. Mereka bertubuh tinggi, seksi dan sangat menggoda. Riasan mereka membuatku tertarik untuk mencoba.
Tanpa sadar aku menabrak seseorang yang berjalan di hadapanku. Kami bertabrakan dan semua barang belanjaanku dari minimarket jatuh.
“Oh maaf,” ucap pria paruh baya itu lembut sembari membantu membereskan barang-barangku.
Aku yang belum melihat wajahnya terkejut saat dia tersenyum dalam menatap ke arahku.
“Kamu nggak apa-apa?” tanya pria itu.
Aku mengangguk, “Saya nggak apa-apa, permisi,” ujarku langsung berjalan cepat kembali ke kamar, ada rasa was-was yang selalu menghantuiku.
Semenjak kejadian malam itu, aku jadi lebih waspada dan berhati-hati kepada setiap orang yang mendekatiku. Mengalami hal besar di usia yang sangat muda ternyata sangat mempengaruhi mentalku. Malam ini aku tiba-tiba merasa sendirian dan sedih. Hidupku terasa berat dan melelahkan, aku menangis di samping tempat tidur tanpa tahu pasti apa penyebabnya. Malam ini adalah malam yang panjang bagiku.
***
Saat sedang menikmati sarapan, aku kembali bertemu dengan beberapa wanita dengan riasan yang menor dan tebal berjalan keluar dari hotel. Mereka sepertinya baru selesai bekerja dan ingin pulang. Aku menatap mereka semua tanpa berkedip, rasa penasaran sangat membuat diriku hilang kendali.
“Halo.” Tiba-tiba pria paruh baya yang kemarin kutabrak masih berada di sana.
“Hai,” jawabku canggung.
“Nginep di sini?” tanyanya mencoba untuk ramah.
“Iya,” jawabku singkat.
“Sendirian?”
Aku mengangguk, dia lalu kembali meneruskan pertanyaannya, “Keluargamu kemana?”
“Saya sendirian,” ucapku tak mau lebih menjelaskan lagi.
“Ok, kamu senang melihat wanita-wanita itu? Dari tadi saya perhatikan kamu mengamati mereka dengan sangat serius.”
Aku tersenyum tipis, “Hanya suka melihat mereka, terlihat cantik.”
Kini lelaki itu mengangguk, “Siapa nama kamu? Kamu kesini liburan atau…?”
“Hanya liburan. Saya Luna, senang berkenalan dengan Om. Saya permisi.”
Setelah aku mengatakan itu entah kenapa wajah lelaki itu seketika berubah, pucat dan seperti telah melihat hantu. Aku meninggalkannya sendirian di sana karena aku ingin menikmati hariku hari ini. Jadwalku adalah berkeliling Bali sembari melihat-lihat pemandangan di sana. Aku menyewa tour untuk membantuku berjalan-jalan. Aku pergi ke Pantai Kuta, Tanah Lot, dan Tanjung Benoa. Di sana aku bermain banana boat, parasailing dan bermain dengan penyu.
Pulau Dewata memang memiliki seribu keindahan yang dapat dinikmati, tidak heran jika para wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara senang untuk berkunjung ke sana. Tidak lupa aku juga menikmati nasi dengan ayam betutu dan pie susu yang menjadi andalan masyarakat lokal.
***