Setelah tiga tahun masuk penjara, aku dinyatakan bebas. Aku juga telah membayar semua kerugian yang ditimbulkan pada semua korban yang pernah aku tipu. Menghirup udara bebas membuatku jadi bersemangat, aku menaikkan kedua tanganku mengulet dengan nikmat di depan pos penjagaan Lapas. Shafia menjemputku sendirian, aku tersenyum melihatnya tumbuh begitu cantik dan manis.
Kami lalu pergi ke rumah kami yang sederhana di daerah Jakarta Pusat. Aku terkejut saat mendengarkan cerita Shafia. Dia tidak pernah menceritakan ini sebelumnya padaku, yang aku tahu hanya kalau Luna pergi entah kemana dan aku harus mengurus keberadaan Shafia yang saat itu harus kusembunyikan.
“Jadi kakakmu meninggalkanmu dengan dua keping emas batangan dan uang lima puluh juta?” aku benar-benar dibuat geleng-geleng kepala. Itu berarti semua dokumen penting rahasia milikku ada padanya. Anak itu benar-benar kurang ajar.
“Kamu sudah tahu sekarang kakakmu berada di mana?” tanyaku lagi.
“Nggak, aku sudah cari kemana-mana tapi nggak ketemu.”
Shandy yang kasihan pada Shafia kemudian memeluknya hangat, dirinya juga rindu sekali pada anak kesayangannya ini.
***
Keesokan harinya aku pergi ke sebuah Bank, aku masuk menyusuri sebuah tempat yang kedap suara dan begitu rahasia. Safe Deposit Box, aku mengambil semua aset terakhir yang aku miliki, karena Luna anak sialan itu mengambil semua hartaku yang tersisa. Aku masih memiliki beberapa uang simpanan dolar, beberapa tanah dan aset berharga seperti data-data perusahaan dan kolegaku yang dulu. Aku bukannya masuk penjara tanpa rencana, aku tahu suatu saat itu dapat terjadi maka aku harus memiliki jaminan lain yang hanya aku yang tahu.
Mengambil semuanya, aku langsung menjual dua tanah yang aku miliki dan satu gedung milikku kugunakan untuk memulai usahaku kembali. Masih ada beberapa anak buahku dan orang-orang yang kupegang, aku hanya akan bermain di balik layar kali ini mengingat namaku sudah pasti kena daftar hitam, jadi aku akan menjadikan seseorang sebagai bonekaku.
***
Malam itu aku berlanjut pergi ke sebuah tempat yang tidak terlalu ramai, di toko itu tertulis Detective Conan seperti yang ada di buku komik. Aku masuk menggunakan jaket denim dan celana kulit serta kacamata hitam. Tempat itu tidak terlalu besar namun sepertinya dapat dipercaya.
“Ada yang bisa dibantu?” ucap Tyo dari mejanya yang langsung menghadap pintu.
Aku tanpa basa-basi langsung duduk dengan wajah angkuh, aku memberikannya dua foto yang kuletakkan di atas meja. Tyo kemudian duduk dan melihat foto tersebut.
“Siapa ini?” tanyanya.
“Anak saya, namanya Luna Arsyla Prayoko. Umurnya 21 tahun, dia kabur dari rumah tiga tahun lalu.”
Tyo melihat foto itu dengan seksama, “Cantik juga. Kenapa dia kabur?”
“Saya juga nggak tahu, yang jelas dia membawa semua dokumen-dokumen penting saya. Kalau sampai dokumen itu bocor, semuanya akan berantakan, jadi saya mau dia hidup-hidup,” ujarku tanpa ragu sedikitpun.
Tyo mengangguk, “Asal bayarannya cocok, saya ikut aja.”
Aku langsung mengeluarkan uang lima gepok sepuluh jutaan, total lima puluh juta, “Saya mau secepatnya.”