KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #13

13. NAIK JABATAN

Di tahun 2016, saat sedang melayani para tamu aku bertemu dengan seorang laki-laki bernama Taufan, dari penampilannya aku bisa langsung tahu kalau dia berada di kelas berbeda. Setelan jas Giorgio Armani, jam tangan Richard Mille dan sepatu Salvatore Ferragamo jelas membuatku meliriknya sejak pertama kali dia masuk. Dengan mata tajam lembutnya dia menatapku datar sembari mengambil minuman pesanannya.

Aku mencoba untuk mencuri perhatiannya namun sepertinya dia tetap tidak bergeming, dia bersama dengan teman pemanduku yang lainnya. Tapi entah kenapa aku bisa merasakan kalau dia memperhatikanku diam-diam. Aku yang sedang melayani tamu kemudian permisi sebentar untuk ke kamar kecil. Kebetulan sekali saat beranjak pergi seorang pemuda bernama Rendy yang adalah pelanggan tetap disini datang. Dia berumur sekitar 18 tahun, dia sering sekali memintaku untuk menemaninya.

“Mba,” sapanya.

“Eh, Ren. Kamu datang?”

“Iya nih Mba, sibuk ya Mba?”

“Iya, lagi banyak tamu Ren. Yaudah saya mau ke kamar mandi dulu ya, “pamitku ramah.

Rendy hanya mengangguk dan aku melanjutkan untuk pergi ke kamar mandi. Rendy sepertinya mengamatiku dari jauh, aku bisa merasakannya. Saat masuk kamar mandi aku mendengar percakapan soal pria yang tadi kulirik dari beberapa rekanku yang gemar bergosip.

“Gila si Nia, dapet durian runtuh dia nemenin bujang kaya raya,” ucap Megi sambil membenahi riasannya.

“Iya udah muda, kaya, ganteng, mana badannya hot banget lagi,” sahut Karlin.

“Kalau nggak salah tadi gue denger-denger namanya Taufan, katanya orang investasi makanya cuannya banyak,” jelas Megi terdengar begitu antusias.

“Pantes, hah, si Nia asik banget deh,” celetuk Karlin sebelum mereka pergi dari kamar kecil itu.

Aku terdiam penuh arti, tiba-tiba otak liarku bermain dengan sangat licik. Aku keluar dari toilet dan membenahi riasanku. Aku berdandan dengan penuh pesona hari ini, blush on dan lipstik merona membuatku terlihat menggoda. Keluar dengan penuh percaya diri aku menerobos masuk ke tempat Taufan dan Nia duduk. Nia langsung kusuruh pergi, anak-anak disini tidak ada yang berani padaku karena tahu hubunganku dengan Brad dan sebagai senior, aku menggunakan kekuasaanku dengan baik.

Aku tersenyum menatap Taufan yang sedikit terkejut dengan diriku yang terlalu berani ini, aku menatap dalam, “Mau kutemani sampai pagi?” tanyaku menggoda.

Dia berdengus lalu memindaiku dari atas sampai bawah, dia tersenyum penuh arti dan akhirnya kami memutuskan untuk pindah ke Hotel seberang. Saat berjalan aku sempat melihat Rendy yang sepertinya ingin bicara denganku tapi aku tidak memperdulikannya. Aku menghabiskan malam itu bersamanya panas dan penuh gairah. Kami sama-sama menikmati semuanya hingga akhir.

Pagi hari aku bersiap untuk pulang sedangkan Taufan masih di atas ranjang baru membuka mata. 

“Pagi sekali sudah ingin pulang,” ucapnya.

Aku tersenyum, “Terima kasih atas semalam.”

Dia menghela napas senang, “Semalam aku sangat menikmatinya. Ngomong-ngomong kenapa kamu mendekatiku?”

“Hah?” tanyaku pura-pura bodoh, tapi jujur aku sebenarnya terkejut dengan pertanyaannya yang tanpa basa-basi itu.

“Kamu mendekatiku dan mengusir rekanmu yang lain, pasti ada sesuatu yang ingin kamu dapat dariku.”

Aku tersenyum memalingkan wajahku dan menatapnya, “Kamu yakin ingin mendengarnya?”

Taufan sontak terheran, “Tentu, aku korbannya di sini,” tuturnya

“Investasi,” ucapku lugas.

Dia sontak menaikkan satu alisnya padaku, “Licik, sungguh licik,” ucapnya.

Aku kembali menyiapkan tas dan pakaianku untuk pulang, “Maaf tapi aku buru-buru, putraku menunggu di rumah,” ungkapku tanpa menyembunyikan apapun.

Kembali Taufan terkejut, “Putra? Kamu sungguh luar biasa,” tuturnya setengah mengejek.

Aku tersenyum sebelum akhirnya pergi keluar dari hotel tersebut. 

***

Lihat selengkapnya