KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #16

SEBUAH PENOLAKAN


Malam itu akhirnya aku bertemu dengan Andin. Aku bersama Gia datang menemui Andin yang sepertinya ingin sekali bertemu denganku. Berkali-kali dia menghubungiku tapi kuabaikan, aku malas sebenarnya bertemu dengan orang-orang yang ada di masa laluku. Kami makan di sebuah Restoran jepang terkenal. Aku tidak membawa Ben karena tidak mau semua orang tahu tentang anak itu. Pekerjaanku bukan pekerjaan yang dapat dibanggakan.

“Halo,” ucapnya padaku dan Gia yang baru datang, kami memesan ruang VIP khusus karena aku tidak mau banyak mata yang melihat kami.

Aku membalasnya dengan senyuman angkuh nan malas, Gia yang sudah lama tidak bertemu memeluknya dengan hangat.

“Apa kabar Ndin?” tanya Gia ramah.

“Biasalah, begini gue mah,” tuturnya sembari memperlihatkan jam tangan berliannya yang indah.

Aku berdengus melihat, “Udah pesen?” tanyaku.

“Belum, nunggu kalian soalnya takut salah pesen,” ucapnya yang membuatku mengangguk.

Kami kemudian memesan beberapa menu jepang seperti, sushi, sashimi, ramen dan sukiyaki. Menunggu pesanan datang keadaan sedikit canggung.

“Kalian datang bareng?” Pertanyaannya membuat aku dan Gia saling bertukar pandang.

Gia lalu menjawab, “Tadi pas ketemu di depan,” jelasnya.

“Oh,” Andin mengangguk dan mengalihkan pandangannya padaku, “Luna, lo berubah ya, lo kemana sih dulu tiba-tiba menghilang?”

“Yah, hidup tiba-tiba berubah drastis buat gue sampai gue harus pergi.”

Andin tersenyum tulus menatapku, tatapannya seperti seseorang yang benar-benar merindukan temannya, “Kalian kerja?”

“Gue kerja di Klub,” jawabku langsung tanpa basa-basi.

“Klub?” Andin terlihat bingung dan aneh.

Aku mengangguk dan melanjutkan, “Gue manajer di sana.”

“Waw, hebat lo Luna. Ya ya ya,” tuturnya sambil melihat dengan tatapan menilai, dia seperti tidak percaya kalau aku adalah seorang manajer di usiaku yang terbilang muda ini. Gia hanya terdiam mengamati percakapan kami.

“Lo kerja apa Ndin?” tanya Gia tiba-tiba.

Andin terlihat gugup dan bingung ingin menjawab apa, “Gue kerja swasta,” jawabnya seperti tidak mau membahas soal hal itu lebih jauh lagi. Makanan pun datang membuat kami berhenti bicara untuk beberapa saat, sampai.

“Hmm, gue denger-denger nyokap lo masuk penjara?”

Jariku yang ingin mengambil makanan sontak berhenti, aku terkejut mendengar pertanyaan serangannya yang sama sekali tidak kuduga, Gia pun langsung menatapku. 

Aku kemudian menghela napas sebelum menjawab pertanyaan dari Andin, “Kayaknya semua orang penasaran ya sama kehidupan pribadi gue?” 

Andin tersenyum miring, “Ikut kegiatan balapan liar, ibu masuk penjara, dan ayah yang meninggal ditikam. Waw, sungguh sangat berwarna, kira-kira nanti apalagi?”

Aku ingin sekali menahan emosiku, tapi sejak tadi dia selalu saja membuat amarahku naik. Aku melempar sumpitku ke meja, aku bukan orang yang mudah takut, dia boleh membahas soal aku dan ibuku tapi tidak tentang ayahku. Aku meraih kerah baju krem yang Andin gunakan, mata kami menatap satu sama lain tajam.

Lihat selengkapnya