Dua tahun kemudian Luna berhasil mendirikan Hostess Bar miliknya, Hostess Bar ini dirancang olehnya khusus untuk melayani pelanggan-pelanggan eksklusif. Untuk bisa menjadi member di Bar ini seseorang harus membayar empat ratus juta selama setahun. Para member bebas melakukan apa saja namun atas seizin Luna. Luna tidak mau harus pusing-pusing berurusan dengan polisi dan hukum, jadi dia harus tahu apa yang terjadi di Barnya. Soal Brad, Luna sudah memberikan penjelasan dan Brad menyambutnya dengan baik. Dia hanya berpesan satu pada Luna, “Hati-hati dan jangan melewati batas.”
Walau baru berjalan, namun Luna sudah memiliki beberapa pelanggan VIP maupun biasa. Dari luar Bar miliknya terlihat biasa saja, tidak ada yang mencolok. Tapi di dalamnya terdapat rahasia terdalam, di bawah tanah. Di sanalah tempat tamu VIP melakukan semua yang mereka inginkan. Ruangan satu ada yang sedang menghisap barang haram, di tempat satunya lagi sedang pesta judi dan miras, dan kamar terakhir adalah tempat pemuas hasrat bagi pria-pria hidung belang. Bar dengan nama Eksotis itu menyediakan semua keinginan pelanggan. Salah satu syarat untuk menyewa tempat ini adalah jangan membawa barang dari luar.
Koneksi dan modal usaha yang digelontorkan untuk bisnis ini bukan main-main. Bangunan, fasilitas, pelayanan merupakan modal utama Bar tersebut. Jamal dan Luna memiliki kesepakatan untuk membagi keuntungan yang mereka dapatkan nanti. Bar mereka memiliki beberapa investor sedangkan Luna dan Jamal sebagai pemilik. Kalau ditanya kenapa Luna mau melakukannya dengan Jamal, jawabannya adalah karena uang. Luna butuh uang milik Jamal dan koneksinya yang akan mengarah pada pimpinan organisasi. Luna sadar dia tidak bisa mendekati organisasi tersebut tanpa Jamal. Ada Jamal sama dengan ada pimpinan.
Hari ini Luna menemani salah satu pelanggan VIP, namanya Pak Renggono, dia adalah pengusaha minyak di daerah Sumatera dan sedang berlibur di Bali. Dia mendengar tentang Bar milik Luna dari temannya dan tertarik untuk datang. Ternyata saat melihatnya Luna bisa merasakan kalau dia tertarik dengannya.
“Kamu yang punya Bar ini?” tanyanya.
“Kebetulan iya Pak.” jawab Luna manja.
Renggono tersenyum manis sembari menatap Luna dalam, perlahan tangannya menghampiri dan menyentuh tangan Luna lembut.
“Kalau kamu malam ini ada yang punya?” tanyanya menggoda, tatapan pria yang jelas-jelas sudah biasa bermain api.
Luna tersenyum manis penuh bunga, “Asal harga cocok, semua bisa diatur.”
Tentu Renggono dengan senang hati menuruti keinginan Luna, malam itu Luna menghabiskan malamnya dengan pria paruh baya tersebut. Bayarannya sungguh fantastis, bisa membeli satu mobil. Kebetulan malam itu Bar milik Luna sedang ramai pengunjung, keuntungan yang dia dapat dari bisnis ini ternyata cukup besar. Dia mampu membeli mobil mewah dan rumah baru serta beberapa properti lain. Kehidupan sedang berpihak padanya.
***
Setelah dua tahun bisnisnya berjalan, Luna tidak pernah lagi membahas soal Pimpinan pada Jamal. Mereka sibuk mengurusi Bar dan tidak pernah punya kesempatan untuk membahas hal itu. Hari ini Jamal tiba-tiba mendatangi Luna untuk menyampaikan satu hal penting.
“Lun,” sapa Jamal yang membuat Luna berhenti dari pekerjaannya. Kebetulan Luna sedang mengamati laporan bulanan tapi karena Jamal datang dia tutup laporan tersebut.
“Ya?”
“Ada yang mau ketemu sama lo.”
Luna mengerutkan dahinya, “Siapa?”
“Pimpinan.”