KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #19

PETARUNGAN SENGIT

Pulang ke rumah dengan wajah lelah, Luna melihat Ben sedang sarapan dengan Gia.

Gia melihat Luna yang melangkah dan langsung berkata, “Mau sarapan Na?”

“Nggak gue ngantuk, mau langsung tidur,” ucapnya sambil melangkah masuk ke kamar.

Ben semakin hari semakin tampan dan pintar, Gia benar-benar merawatnya dengan baik. Kalau orang melihat, mungkin mereka akan bicara kalau Gia lebih cocok jadi ibu kandung Ben daripada Luna. Anak itu sekarang sudah berusia lima tahun, sudah bisa mengekspresikan pikiran dan keinginannya. Dia tahu kalau minta uang akan pergi ke Luna tapi kalau minta tolong sesuatu pasti ke Gia. Yang Ben tahu, Luna adalah ibu kandung yang memberikannya segalanya tapi ibu sesungguhnya yang hangat dan ramah adalah Gia. Dia memanggil Luna ‘Mami’ dan memanggil Gia ‘Ibu’.

Karena sungguh lelah dengan kegiatan tadi malam, kini Luna menjatuhkan tubuhkan di atas tempat tidur. Dia menghela napas lelah dan membaringkan tubuhnya ke samping, tubuhnya serasa sakit semua. Tanpa sadar dalam waktu beberapa detik ia langsung tertidur lelap.

Ben yang sedang menonton tv bersama Gia tiba-tiba bertanya sesuatu, “Mami kenapa pergi terus Bu? Memangnya Mami nggak capek?”

Gia tersenyum hangat, “Mami kan kerja buat Ben, kalau Mami nggak kerja kita makan apa?”

“Ibu nggak kerja?” tanyanya lagi.

“Ibu kan jagain Ben disini, tugas ibu memastikan kalau Ben aman, nyaman dan senang. Tugas Mami cari uang, nah kalau tugas Ben,” tutur Gia sembari menyentuh hidung anak kesayangannya itu, “Belajar dan nurut. Ok.”

Ben tersenyum sambil mengangguk, “Ok,” tuturnya.

***

Di tempat lain, Rendy sejak beberapa bulan lalu mencari dimana keberadaan Luna. Dia kesal sekali waktu tahu Luna pindah dari Klub milik Brad, dan kehilangan jejak Luna menjadi sebuah hantaman besar untuknya. Dia beberapa kali mencari tahu soal Luna dari karyawan Klub tapi mereka tidak ada yang tahu. Brad yang ia coba untuk dekati sama sekali tidak membuahkan hasil. Brad sangat licin bagai belut, tahu dimana sela agar Rendy tidak dapat menemuinya. Dia hampir frustasi dan membuat keributan di dalam Klub.

“LUNA! LUNA! Jangan sembunyi kamu, keluar sini!” teriaknya membuat seisi Klub ricuh. 

Rendy lalu terjatuh saking mabuknya, dirinya hampir tidak sadarkan diri. Karena keadaan mulai kacau, Brad akhirnya datang untuk menenangkan suasana, pelanggannya jadi terganggu kalau begini. 

“Bangun!” ucap Brad tegas.

“Luna, di mana Luna. Dimana Luna gue?”

“Di sini banyak orang, kita bicara di ruangan gue,” tutur Brad dengan sopan.

Akhirnya Rendy setuju dan mengikuti Brad ke ruangannya, di dalam ruangan Brad langsung menampar Rendy keras. Plak…

“Kesabaran gue udah habis, ini udah ketiga kalinya lo buat onar di Klub gue. Gara-gara orang kayak lo bisa-bisa Klub gue mati. Sialan,” ucapnya sebelum melangkah ke meja dan menyalakan cerutunya.

“Gue cuma pengen ketemu Luna.”

Lihat selengkapnya