KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #24

SINTING

Tepat jam 10 malam, setelah berpikir panjang Luna memutuskan untuk datang sendirian membawa beberapa berkas, “Itu sisa aset yang ada.”

Shandy terdiam dan melihat isi berkas tersebut, dia tersenyum getir, “Hampir setengahnya hilang.”

“Sudah kubilang setengahnya sudah kujual untuk bisnis, itung-itung Mama investasi ke bisnisku.”

Shandy menggelengkan kepalanya, “Kalau begitu aku mau semuanya kembali, bisnismu sedang berada di ujung tanduk. Kamu kira aku nggak tahu apa yang terjadi? Seseorang mati di Bar milikmu dan sekarang polisi sedang menggali semua bisnis kotor itu.” 

“Aku sedang mengatasinya. Apa Mama nggak bisa mengikhlaskan harta itu? Uang segitu banyak butuh waktu untuk mengembalikannya. Ma, aku akan selesaikan semuanya dan bisnisku akan berjalan kembali. Mama akan mendapatkan keuntungan nantinya.” 

Shandy terdiam, dia lalu melangkah mendekati Luna dan menepuk pundak anaknya itu, “Kamu terlalu banyak bermimpi nak, bangunlah. Kamu harus melihat kenyataan yang ada di sekitarmu, sekali polisi turun tangan bisnismu aku jamin tidak akan berjalan lama lagi,” Shandy lalu membalikkan tubuhnya, “Bisnismu terlalu beresiko, cepat atau lambat semuanya pasti akan muncul ke permukaan. Kamu terlalu ceroboh.”

Luna sekarang terdiam mengepalkan tangannya kuat, “Mama tidak percaya padaku?”

“Luna, Luna. Ketika uang yang dipertaruhkan, semuanya jadi beresiko.”

“Apa Mama akan melakukan ini juga kalau Shafia yang ada diposisiku?”

Shandy tersenyum, “Shafia tidak akan melakukan apa yang kamu lakukan.”

“Ok, Shafia memang selalu jadi anak penurut kesayangan Mama dan Papa. Anak baik yang tidak pernah melawan, tapi apa dia bisa bertahan tanpa Mama dan Papanya?” tandas Luna dengan wajah julidnya.

“Kamu jangan mengalihkan pembicaraan ke adikmu, ini semua perbuatanmu, bukan orang lain. Bukan Shafia bukan juga aku.”

“Tapi aku mencontoh kalian,” ucap Luna berdengus, “Papa seorang pengedar Narkoba dan Mama yang seorang penipu ulung. Jelas itu menurun padaku.”

“Mulutmu itu benar-benar.”

Saat ingin kembali bicara, tiba-tiba ponsel Luna berbunyi, Jamal menghubunginya. 

“Ada apa Mal?”

“Gawat Na, ada yang membocorkan semua bisnis kita. Kamar rahasia semua terbongkar, videonya udah tersebar di mana-mana.” 

Luna sontak menutup ponselnya cepat, dia menatap ibunya muak seakan dia tidak ingin membicarakan apapun pada ibunya sekarang, “Aku harus pergi, nanti kita lanjutkan,” ujarnya sebelum melangkah pergi, membuat Shandy tidak bisa melakukan apa-apa. 

***

Setelah mendengar kabar dari Jamal, Luna langsung pergi. Masuk ke dalam mobil ponselnya kembali berdering, nomor yang ia tidak kenal. Menatapnya beberapa saat, Luna yang penasaran akhirnya mengangkat telepon tersebut.

“Halo Luna,” ujar suara berat yang ada di ponsel itu.

Luna memicingkan matanya, “Rendy?”

“Haha, kamu ternyata masih mengenali suara saya.”

“Kamu dapat nomor saya dari mana?”

“Kamu masih bertanya saya dapat nomor kamu dari mana? Kamu tidak lihat video yang ada di Youtube?”

“Kamu…, kamu pelakunya?” Luna mulai kesal, dia mengerti sekarang.

Lihat selengkapnya