KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #28

PENGORBANAN

Luna terdiam terkesiap di depan tv mendengar berita soal Rendy dan Pak Setyo, dia terkejut bukan main. “Ini pasti ada yang mengetahui semuanya, tapi siapa?” tanyanya dalam hati. Brad tidak mungkin melakukan ini semua, apa ibunya? Tak lama berselang penjaga mendatangi dan memberitahunya kalau ada telepon dari keluarga. Dugaannya tepat, ini pasti ibunya yang sampai saat ini tidak pernah menjenguknya di penjara.  

“Halo.”

“Ben hilang Kak,” tutur Shafia panik.

“Ben hilang kemana Shafia?”

“Nggak tahu, Kak Gia sama mama lagi nyari Ben. Saat dijemput di sekolah Ben sudah nggak ada.”

“Kamu harus temukan Ben, ini darurat, kakak takut kalau ada yang sengaja nyulik dia. Ben punya alergi sama kacang yang parah Fi, tolong temukan Ben. Kakak mohon.”

“Ok Kak, kita akan mencarinya semaksimal mungkin.”

“Shafia, dengerin Kakak. Ini bukan kasus penculikan biasa, kamu berhadapan sama orang sinting. Bilang sama mama kalau ini pasti kelakuannya Rendy, bilang ke mama kalau Ben tidak ketemu, jangan harap asetnya akan kembali, ngerti?”

“Ngerti tapi…,”

“Kamu nggak bisa hadapi ini sendirian, minta bantuan siapapun yang bisa kamu minta. Kalian harus bisa menemukan Ben, bagaimanapun caranya.”

“Mama… mama,”

“Kenapa?”

“Semalam mama pergi dini hari, aku nggak tahu dia kemana. Ada bercak darah di rumah, aku takut Kak.”

Luna mengeraskan rahangnya kesal, “Kamu nggak perlu takut, kamu nggak perlu tahu ataupun ikut campur. Diam saja nggak usah ikut-ikutan, kamu tahu aku sama mama akan selalu melindungi kamu.”

“Iya, aku tahu,” jawab Shafia.

“Ok, kalau ada apa-apa kabari Kakak ya.”

“Semenit lagi ya Bu Luna,” Ucap penjaga yang membuat Luna cemas.

“Iya Kak.” jawab Shafia.

Luna kemudian menutup telepon tersebut sambil menundukkan wajahnya, dia khawatir dengan Ben tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Luna termenung duduk di tempat tidurnya.

Tak lama berselang para penjaga datang dan membawa Luna pergi ke ruang isolasi, di sana sungguh gelap dan pengap. Luna habis dipukuli oleh para penjaga itu. Sampai akhirnya dia sudah tidak kuat untuk berdiri, Luna ditinggal dan dikunci di ruangan isolasi tersebut. Dia terbatuk dan mengerang kesakitan di dinginnya jeruji besi.

***

Setyo ternyata yang memerintah anak buahnya untuk melakukan itu pada Luna, dia marah melihat berita yang beredar. Dirinya mulai cemas dan terpojok, telepon pun berdatangan masuk ke ponselnya. Kali ini Gubernur Bali Bapak Wayan Effendi yang menghubungi langsung. 

“Iya Pak, saya juga tidak tahu Pak. Saya tidak terlibat,” dalih Setyo, “Iya Pak, saya difitnah, tidak ada itu saya di situ. Baik Pak, saya akan segera melapor, ok Pak. Terima kasih.”

Setyo kemudian menggebrak mejanya kesal, “Kurang ajar. Dia main-main denganku.”

Lihat selengkapnya