KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #29

LAGI DAN LAGI

Luna mendapatkan telepon kalau ibunya meninggal dibunuh oleh Rendy dan Ben masih berada di tangan lelaki itu. Seketika dunianya hancur berkeping-keping, hatinya terasa dihujani dengan bara panas. Luna yang frustasi akhirnya meledak, dia teriak begitu kencang “ARGH.” Membuat seisi gedung menoleh menjadikannya pusat perhatian. Para penjaga langsung turun tangan dan mencoba menenangkan Luna.

Farhan berlari dan memeluk wanita itu dari belakang, Luna yang masih histeris hanya bisa terdiam. Tubuhnya terjatuh seiring dengan air matanya yang mengalir bagai sungai. Walau ia dan ibunya tidak akur tapi bukan berarti dia rela kehilangan ibunya. Ibunya adalah orang yang telah membuatnya kuat seperti sekarang ini, memang ibunya bukan orang yang baik tapi bukan juga seseorang yang dia benci.

Semua ini gara-gara Rendy, laki-laki bejat itu telah membuat hidupnya hancur berantakan. Dia dan ayahnya sangat licik bagai belut, mereka bisa membersihkan semua kotoran yang mereka buat dengan mudah. Uang dan koneksi adalah kuncinya. Rendy telah membunuh Taufan, ibunya dan telah menculik anak semata wayangnya. Dia bersumpah demi Tuhan dia akan membalas semua perbuatan lelaki itu. Lelaki yang telah memberikan neraka padanya.

Selesai menghadiri pemakaman yang dilakukan dengan tertutup, Luna yang diantar oleh Fajar kembali ke sel dengan tatapan kosong dan datar. Dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, dia lelah, hancur dan was-was di saat yang bersamaan. Yang ia khawatirkan sekarang adalah keberadaan Ben, jika dia juga tidak bisa menyelamatkan putranya itu maka tidak ada alasan untuknya hidup.

Selesai dengan fase berduka setelah berhari-hari, Luna mengumpulkan kembali keberaniannya dan mencari jalan keluar untuk ini semua. Dia bukanlah ibu yang baik bagi Ben, tapi dia juga tidak mau anaknya mengingatnya hanya sebagai ibu yang tidak peduli, kalau ini adalah satu-satunya jalan, maka dia akan melakukannya.

Luna yang sedang berkebun tiba-tiba dihampiri oleh Nara, dia mengamati bahwa sejak tadi Luna terlihat kosong, tak hidup, “Lo nggak apa-apa? Gue dengar…,”

Belum selesai mengakhiri kalimatnya, Nara terkejut mendengar Luna bicara, “Nggak apa-apa, makasih ya Ra,” tuturnya sebelum pergi dengan hampa. Jiwanya seperti telah melayang entah kemana.

Nara yang melihatnya jadi iba, dia berlari kecil menyusul Luna dan mengarahkan kepalanya pada Lela, Bidah, dan Mela yang sedang bercengkrama akrab, “Mereka itu yang pegang Bali. Mereka pasti bisa dengan mudah menemukan keberadaan anak lo.”

Luna berdengus, “Mana mau mereka menolong gue.”

Nara kemudian membisikkan sesuatu pada Luna yang membuat Luna sedikit terkejut.

Beberapa jam kemudian, Luna sengaja menunggu Lela, Bidah dan Mela untuk pergi ke kamar mandi. Saat mereka masuk, di sanalah Luna ikut masuk dan mengunci pintu kamar mandi.

Mela yang terkejut melihat Luna sontak berkata, “Apa-apaan nih?”

Bidah dengan wajah kesal maju ke depan, “Mau apa lagi lo?”

“Gue butuh bantuan, gue harus keluar dari sini.”

Lela mengerutkan dahi mendengarnya, “Bukannya lo punya si Farhan, gunain aja tuh dia.”

“Tidak semudah itu, karirnya bisa hancur kalau ikut campur.”

“Terus siapa yang bilang kalau kita mau nolongin, idih. Ogah,” sahut Mela nyolot.

“Gue denger keluarga kalian ada yang butuh uang karena masalah hak asuh?”

Lela terdiam, “Tahu dari mana lo?” dia terkejut mengetahui apa yang diketahui oleh Luna, siapa yang memberi tahunya kalau Lela sedang berjuang memenangkan hak asuh anaknya.

“Mantan suami lo preman kaya kan? Makanya lo butuh uang banyak untuk memenangkan hak asuh anak lo, gue bisa kasih uang itu. Uang sebanyak itu mudah bagi gue. Aset gue dimana-mana dan warisan dari orang tua gue juga banyak.”

“Cewek gila,” ujar Bidah.

Luna menghela napasnya, “Ya, gue gila karena nyawa anak gue jadi taruhannya. Si brengsek itu nyulik anak gue dan gue nggak tahu hal gila apa yang akan dia lakukan. Gue butuh bantuan kalian, gue harus keluar dari sini,” pinta Luna sembari menangis membuat Lela, Bidah dan Mela bertukar pandang satu per satu.

Akhirnya setelah mendapatkan bantuan dari semua orang yang ia kenal termasuk Brad dan Gia untuk mengumpulkan semua uang yang dibutuhkan, alhasil Luna diizinkan keluar hanya untuk beberapa hari. Farhan pun ikut membantu dengan mengenalkan Luna pada petinggi-petinggi LAPAS. Tidak ada yang bisa menolak uang dengan jumlah fantastis di negara ini. Negara yang bergerak jika ada uang.

Lihat selengkapnya