KISAHKU: LUNA

Deviannistia Suyonoputri
Chapter #30

UNTUK BEN

Farhan dilarikan ke Rumah Sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri, kecelakaannya cukup hebat membuat benturan keras di kepala Farhan memicu pendarahan. Farhan dimasukkan ke ruangan ICU karena keadaannya yang mengkhawatirkan. Kejadian terjadi begitu cepat membuat polisi kesulitan untuk mencari pelaku penabrakan. Ini semua sangat janggal dan tidak masuk akal.

Luna yang mendengar hal tersebut kembali harus menerima pil pahit, melihat Farhan dalam keadaan koma sungguh menghancurkan hatinya. Entah kenapa dia mengalami semua ini. Kenapa semua orang yang dekat dengannya harus mengalami kesialan. Ini sudah keterlaluan, dia sudah tidak tahan lagi. Akan dia bunuh Rendy, akan dia hancurkan tubuh laki-laki itu.

Tanpa berpikir panjang Luna mendatangi Rendy di rumahnya. Ini jelas-jelas adalah perbuatannya yang membuat Kak Farhan sampai koma seperti ini. Mengendarai mobilnya cepat Luna dengan tatapan kebencian dan dendam menginjak pedal gasnya dalam. Sampai di rumah Rendy, Luna menyesap satu botol besar whisky. Dia tidak akan bisa melakukannya dalam keadaan sadar, jadi dia harus mabuk untuk menjadi orang gila. Whisky tersebut kemudian dia lempar ke kaca rumah Rendy membuat kaca tersebut pecah berhamburan.

Semua pembantu dan satpam yang ada di rumah itu sontak keluar melihat apa yang terjadi. Luna dengan napas tersengal-sengal berteriak, “Rendy, keluar kamu Rendy.” 

Luna melihat di sekeliling mencari Rendy namun dia belum muncul juga, semua orang yang ada di sana takut untuk mendekatinya namun dia tidak peduli, dia harus menghabisi Rendy malam ini juga. Muncullah Rendy dengan wajah meremehkan itu turun dari tangga tanpa beban, Luna mengeraskan rahang melihatnya. Dia melangkah dengan cepat mendekati laki-laki itu. Semakin dekat dan semakin dekat, Luna mengeluarkan sebuah pisau yang ia bawa dari dapur rumahnya tadi. Berusaha untuk melukai Rendy tapi nyatanya tidak berhasil.

Rendy berhasil menahan tangan Luna, dia lalu tersenyum menyeramkan, “Sudah lama tidak bertemu, Luna.” 

Luna hanya diam mematung, tatapan Rendy membuat sekujur tubuhnya merinding. Tangannya kuat menggenggam tangan Luna hingga tidak bisa lepas. Rendy kemudian melangkah maju membuat Luna jadi melangkah mundur. Bagaimana dia bisa membunuh seseorang jika seperti ini saja dia sudah tidak mampu. Mereka akhirnya kembali ke lantai satu. Luna melepaskan tangan Rendy yang cengkramannya tidak sekuat tadi.

“Di mana Ben?” tanya Luna.

“Ben? Ada di tempat aman, kamu tenang saja.”

Tangan Rendy mulai bergerak menyentuh wajah Luna perlahan namun pasti. Luna yang membenci hal tersebut sontak membuang wajahnya. Saat Rendy ingin menyentuh tubuh Luna, Luna dengan cepat menendang daerah pribadi Rendy membuatnya meringis kesakitan. Luna lalu berlari dan mencari dimana keberadaan Ben. Membuka kamar Rendy tapi ternyata Ben tidak ada, Luna kemudian membuka dua kamar tamu lainnya yang ternyata Ben juga tidak ada di sana.

Waktu sudah mepet, Rendy telah mendekati Luna dengan amarah yang meletup, “Hei perempuan jalang,” teriaknya dengan suara keras.

Luna yang berusaha menghindar dan terus menghindar ternyata gagal, Rendy menangkapnya dan mulai mencekiknya kuat. Napas Luna mulai tersengal-sengal, dia lemas, tapi dia tidak boleh kalah, kalau dia kalah maka nyawa semua orang yang berjatuhan karena dirinya akan sia-sia. Dengan cepat Luna meraih sebuah vas bunga yang ada di sana dan memukul kepala Rendy dengan vas tersebut.

Kepala Rendy berdarah dan tubuhnya limbung, Luna kembali mendapatkan waktu lebih untuk mencari anaknya. Dia berkeliling ke seluruh ruangan tapi Ben tidak juga ditemukan, hingga dia sampai ke garasi mobil. Dia melihat ke sekeliling garasi tersebut dan kecurigaan sesaat muncul. Ada sampah mainan dan makanan anak-anak yang dibuang di sana. Luna yakin Ben ada di sekitar sana tapi di mana? Ruangan itu hanya bentuk segiempat yang sempit. 

“LUNA,” teriak Rendy dari luar garasi. 

Luna yang mendengarnya panik, dia menoleh kesana kemari mencari cara. Melihat ada kunci inggris, Luna buru-buru mengambilnya, rasa takut dan cemas menyelimutinya sampai-sampai napasnya tak beraturan, namun tiba-tiba saja Tuhan seperti memberikan bantuan kepadanya. 

Lihat selengkapnya