Kita

Marwatibasri
Chapter #3

3

Saka bersiul setiap ada gerombolan murid perempuan yang lewat. Cowok itu tertawa pelan melihat wajah memerah adik kelas yang berhasil digodanya.

" Buaya lo" Dimas melempar kulit kacang ke wajah Saka yang kini berdiri menghadang dua gadis yang merupakan teman sekelas mereka.

" Siti, bagi dong cikinya" Mengabaikan Dimas, Saka merebut paksa Ciki yang dipegang teman sekelasnya itu.

" Nama gue Cintya bukan siti" Koreksi gadis yang kini memasang tampang sangar didepan Saka

" Tau, jelek jelekkin nama orang aja. Untuk satu nama itu butuh potong kambing ya. Jangan asal ngerubah gitu dong lo" Celetuk seseorang yang berada disamping Cintya dibalas anggukan oleh gadis itu.

Saka hanya mengangguk angguk, memakan ciki Cintya seraya mendengarkan omelan dua gadis didepannya.

" Sudah selesai ceramahnya bu Haji. Kalo udah monggo lewat, bau mulut lo pada udah buat sirkulasi udara disini terhambat"

" Hahahaha" Tawa Dimas dan satya menggema.

Kedua gadis itu mengepalkan tangannya, mengejar memukul Saka yang mulutnya minta ditenggelamkan ke air comberan.

" Kejar terus Sit, kalo perlu botakin palanya" Teriak Satya, ikut ikutan memanggil Cintya dengan nama Siti, bersorak senang melihat penderitaan temannya yang kini berlari kesana kemari menghindari amukan.

" Tarik celananya, si Saka lagi pake kolor dora tuh hahah" Tambah Dimas semakin mengompori kedua gadis itu.

Saka berlari menulikan telinganya mendengar umpatan kedua gadis yang masih memgejarnya.

Saat berbalik menjulurkan lidahnya mengejek Cintya dan Mia, Saka tanpa sengaja menabrak seseorang membuat buku buku yang dibawanya jatuh berserakan.

" Rasain. Dasar mulut comberan" kesal Cintya memukul kepala Saka tanpa ampun diikuti Mia yang mencubit lengan cowok itu. Setelahnya mereka berlalu, tersenyum puas telah berhasil menyiksa kadal SMA Pelita.

Saka tidak peduli rasa nyeri akibat jambakan Cintya. Dia meringis melihat wajah tertekuk gadis yang ditabraknya.

" Maaf sayang, gue gak sengaja" Sesal Saka membantu Alasya menyusun buku buku paket itu. Ya gadis yang dtiabraknya adalah si pujaan hati. Saka mendumel melihat wajah kesal Alasya. Dalam hati dia mengumpati kedua temannya yang kini bersiul menggoda.

" Uhuy, sayang maaf ya aku gak sengaja" Tiru Satya melembut lembutkan suaranya membuat Dimas terbahak.

" Sayang. Maaf ya"

Alasya memukul kepala Saka menggunakan buku tebal itu. Risih dengan panggilan sayang Saka padanya.

" Kak plis deh, jangan panggil aku sayang sayangan. Jijik tau gak"

" Wooowwww" Dimas dan Satya berdiri dramatis menatap tidak percaya ke arah Alasya.

" Gila gila. Si Kadal ditolak. Kudu masuk berita nasional ini"

" hahahaha, turun image si buaya" Tambah Dimas membuat Saka menatap datar gadis didepannya.

Saka tersenyum sinis " Mau sampai kapan lo nolak gue? Heh, gue gak akan lepasin lo seberapa keras lo nolak gue sekeras itu juga gue ngejar lo" Bisik Saka tepat ditelinga Alasya membuat gadis itu terdiam mendengar kalimat dingin cowok didepannya.

" So, persiapkan diri jadi pacar seorang Saka Ifaldi, Alasya" Lanjutnya mengangkat tumpukan buku paket Alasya, berjalan mendahului gadis yang masih terduduk melamun itu.

" Mantap mantap, pepet terus bos"

" Jangan dilepas jangan dilepas"

Saka menendang betis kedua temannya. Berjalan menuju kelas Alasya dengan senyum smirknya.

🏵🏵


"Kok bisa?"

Alasya mengedikkan bahunya acuh. Dia tidak peduli dengan Saka yang terus merecoki hidupnya. Walaupun kadang dia kesal melihat cowok itu selalu mengintilinya kesana kemari.

" Lo jangan sampai kejebak sama pesonanya dia. Saka itu playboy kelas ragunang. Lebih biadab dari binatang binatang buas" Alasya memutar bola matanya jengah mendengar kalimat dramatis sahabatnya.

" Trus kak Dimas, Playboy juga?" Polos Alasya membuat Amel berdecak

" Dimas mah beda, dia itu setia sehidup semati sama gue" Bela Amel tersenyum tidak jelas membayangkan sosok pacarnya itu.

Alasya mendengus kesal, memasukkan buku bukunya kedalam tas. Bel pulang sebenarnya sudah berbunyi 10 menit yang lalu tapi karena malas berdesakan keluar dari gerbang Amel dan Alasya memilih berdiam di kelas. Menunggu sekolah sepi.

Lihat selengkapnya