Kita

Marwatibasri
Chapter #7

7

Alasya terdiam setelah membaca chat di ponselnya. Gadis itu memcoba mencerna setiap kata disana.

Sya kasi tau abang kamu, kakak ada di rumah tante kakak. Aku kabur, suruh dia jemput aku. Kakak mohon

Ternyata benar dugaannya, kakaknya sedang mempunyai masalah dengan kekasihnya, pantas saja kemarin Erland sangat marah padanya. Tapi kenapa bisa Erland sampai terluka parah, kakaknya itu sudah sering terlibat tawuran, dia juga juara tekwondo, dan yang pasti Erland tidak pernah sebabak belur kemarin. Apa ini semua ada kaitannya dengan Liana. Pacar kakaknya.

Alasya menggeleng pelan, menghalau segala pikiran negatif yang kini bersarang diotaknya. Gadis itu dengan cepat meneruskan chat Liana ke Erland, hanya itu yang bisa dia lakukan. Menelfon akan percuma, Erland tidak akan mengangkatnya walaupun Alasya selalu rindu dengan suara Erland.

Sesayang itu seorang Alasya Angkasi pada Erland Angkasa.

" Abang kenapa ya" Gumam Alasya menidurkan kepalanya diatas meja, gadis itu melupakan bekal makannya. Nafsu makan yang sedari tadi menggebu gebu hilang begitu saja, setelah membaca chat Liana.

" Enak nih, sengaja banget disisain. Supaya apa gue tanya? Supaya gue makan kan. Perhatian banget cintaku ini"

Alasya mendongak cepat, menatap terkejut ke arah Saka yang kini duduk diatas meja Amel. Kapan datangnya, gumam Alasya tidak mendengar langkah kaki Saka.

Suasanya kelas yang tampak sepi membuat Alasya mendengus kesal. Kenapa mereka selalu bertemu, ya karena memang Saka yang selalu mencuri waktu bertemu dengannya.

Alasya menatap Saka tajam, jangan harap dia baper dengan setiap perlakuan Saka padanya. Sejak awal melihat Saka dan mendengar gosip disekolah ini tentang cowok tengil itu, Alasya sudah memasang tembok pertahanan yang kuat, mode darurat saat Saka tiba tiba mendekatinya.

Tapi apa iya Alasya tidak akan baper saat Saka dengan segala keunikannya mampu membuat sudut bibir Alasya terangkat secara diam diam.

Alasya menggeleng pelan, mengenyahkan segala pemikiran tidak masuk akal dalam otaknya.

" Ngapain lo geleng geleng, kemasukan air telinga lo?" Tanya Saka menyuap sesendok nasi kedalam mulutnya.

" Aku bahkan belum makan bekalku, baru aku liatin, kakak udah makan duluan" Kesal Alasya, menatap sedih ke arah kotak makannya

Saka menghentikan suapannya, cowok itu berdehem, tersenyum kikuk menatap Alasya.

" Maaf yang, yaudah sini aku suapin Aa" Saka menyodorkan sendok ke arah mulut Alasya, bukannya menerima, gadis itu malah memalingkan wajahnya

" Enak aja, itu bekas kak Saka. Amit amit aku makan satu sendok sama kamu" Dumelnya, mengedikkan bahu tanda jijik

Saka yang melihat ekspresi Alasya hanya tertawa pelan " Enak lo Sya, itu artinya kita ciuman secara tidak langsung"

Plak

Alasya menampar pipi Saka membuat cowok itu meringis, untung saja dia memegang kotak makan gadis itu kalo tidak bisa bisa jatuh juga akibat kekejaman Alasya.

"Lo nampar gue!" Sungut Saka berpura pura marah, dia menatap tajam ke arah Alasya yang kini menatapnya diam

Alasya gelagapan gadis itu melirik ke arah pintu, berharap ada temannya yang masuk tapi nihil tidak ada tanda tanda seseorang memasuki kelasnya.

" Lo marah gue makan bekalnya" Lanjut Saka semakin dingin

Alasya menggigit bibir bawahnya, gadis berkulit pucat itu meremas tangannya yang sudah menjadi kebiasaan saat dia takut.

" Ga gak gitu kak, ta tapi kak Saka gak sopan" Ucap Alasya terbata enggan menatap ke arah Saka

Saka tersenyum tipis melihat tingkah Alasya. Ingin menjahili gadis itu Saka kembali berulah. Kini dia tertawa sinis, meletakkan kotak makan beserta sendok diatas meja dengan keras.

" Gue suka sama lo, bukan suka lagi. Cinta malahan tapi lo selalu bertingkah seenaknya sama gue, lo pikir gue sesabar itu"

Alasya memejamkan matanya mendengar suara dingin nan tegas milik Saka. Dia semakin menunduk memilih melihat sepatunya sambil menrapalkan maaf dalam hati.

Posisinya kini sudah seperti anak kecil yang ketahuan mencolong permen oleh ibunya.

" Gue salah apasih sama lo"

" Kak Saka gak salah apa apa" Sela Alasya tertahan

" Trus, kenapa lo selalu menghindar dari gue?" Tuntut Saka, melipat tangannya didepan dada menatap Alasya datar padahal hatinya sudah ketar ketir sedari tadi.

Alasya berdecak, kesal berada disituasi seperti ini ditambah suasana kelas yang seolah mendukung perdebatan mereka.

" A aku aku cuman takut dijadiin mainan sama kak Saka" Ucap Alasya cepat membuat Saka melongo mendengarnya.

Jadi selama ini Alasya hanya takut akan hal itu. Bukan karena gadis itu benar benar membecinya, berarti besar kemungkinan gadis didepannya ini juga menyimpam rasa bukan.

Lihat selengkapnya